Chapter Twenty Nine 🌟 Kecup Cibiran Derita Yang Sedang Singgah

160 19 16
                                    

Seringkali kujungjung diriku untuk melintasi setiap mimpi dan harapan yang barangkali dapat kuraih. Aku ingin menjadi penulis yang bekerja di perusahaan penerbit terbaik di dunia, aku yang ingin menikah dengan laki-laki yang mencintaiku sepenuh hati, dan aku ingin memiliki seorang anak yang menggemaskan. Pernah setiap saat aku bercerita pada Tuhanku sebelum aku tertidur bahwa aku ingin terus bermimpi, aku ingin terus bahagia, aku ingin terus merasa hidup.

Usiaku yang saat itu baru saja menginjak 15 tahun, pertama kalinya aku berdoa di atas tempat tidurku, sembari terpejam dan menautkan kedua tanganku, jika aku menginginkan sebuah pernikahan yang menyenangkan dengan seorang anak laki-laki yang selalu terduduk di pojok kelasku. Anak laki-laki yang membuatku selalu bersemangat ketika berangkat sekolah. Anak laki-laki yang membuatku tidak ingin segera pulang dari sekolah. Anak laki-laki berkacamata dan pendiam yang selalu membuatku ingin terus mengganggunya setiap saat.

Dia-aku ingin menikah dengannya. Aku sangat ingin. Sampai kemudian, Tuhan melukaiku melewati orang tersebut. Dan, tak sadar aku membenci Tuhan, juga hidupku. Aku yang ingin tetap hidup, pada akhirnya aku tidak bisa terus hidup, karena seluruh diriku yang kumiliki sudah benar-benar rusak. Tak dapat kuperbaiki. Tak dapat kujaga lagi. Maaf, Tuhan, aku juga membenci diriku sendiri.

Aku yang sempat terbelenggu dengan seribu keyakinan bahwa aku tidak boleh menangis, bahkan setetes pun, ternyata aku tak berhasil menguasai sepenuhnya perasaanku. Bukan karena laki-laki di hadapanku yang tengah menyayat leherku sampai terluka, melainkan cara dia yang dapat mengungkapkan sebuah karangan berbahaya itu yang membuat air mataku mengalir tanpa ingin kupertahankan dengan semestinya.

Seluruh tindakan aksa yang menghantam hati kecilku bertubi-tubi, benar-benar sulit sekali menghentikan rasa sakit di sana. Min Yoongi-laki-laki yang selalu terselip di setiap mimpi dan harapanku, menjadi seseorang yang paling kutakuti saat ini.

Aku berangsur menggigit bibirku karena teramat susah payah kujaga luapan emosiku. Aku terus menatapnya dengan gejolak pilu yang kuberi padanya. Sampai kuberanikan diriku untuk menggumamkan sesuatu, walau setiap suara yang keluar tidak pernah terdengar sempurna.

"Aku juga sangat membencimu, Yong. Aku sangat membencimu sampai rasanya aku ingin sekali membawamu ke neraka bersamaku. Aku tidak tahu kalau orang yang selama ini kukagumi sepenuh hatiku, bertindak segan menyelamatkanku, padahal dia tahu bahwa aku sudah tersiksa. Terima kasih. Aku berterima kasih padamu karena kau masih tidak berniat untuk membunuhku, dan membuatku mati pada saat itu. Terima kasih padamu karena kau sudah mau menunjukkan keberadaanmu lagi."

Aku menundukkan kepalaku. Atensiku yang sedari tadi tak ingin melepaskan diri dari semerawut semesta, lantas menurun. Lembab kelopak mataku terus meraung turun. Tetesan demi tetesan seolah berlarian mendahului setiap darah yang sama berjatuhan.

"Maafkan aku, Yong. Maafkan aku atas segala kerusakan yang telah aku perbuat atas hidupmu. Maafkan aku, Yong."

Entah keberanian dari mana, aku kembali menaikan perhatianku untuk melintangi jagat sakit jiwa milik laki-laki di hadapanku. Kali ini aku telah menghentikan tangisanku yang konyol. Hingga tanganku yang sedang mengenggam pisau lipat di lehernya, lekas kudorong diriku untuk menusuknya sampai dia meringis kesakitan. Dia berangsur melepaskan lengannya dari leherku, tubuhnya bahkan sudah akan limbung karena benda tajam kepunyaanku baru saja mengoyak kulitnya walaupun kupikir aku tidak melakukannya sampai dalam.

Aku segera memukul wajahnya dengan siku lenganku, hingga dia benar-benar terjatuh. Kulihat dia cukup berusaha menarik pisau tersebut dari lehernya, sedikit kesulitan. Padahal dia sudah kehilangan cukup banyak darah. Hal tersebut membuatku segera berlari menghampiri Kim Leechie yang kelihatannya terkejut dengan kelakuanku. Wajahnya sangat pucat. Aku segera menyadarkannya, mencekal kedua pundaknya untuk beralih terpaku saja padaku.

Cygnus Atratus || Min Yoongi Fanfiction ✔ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang