Chapter Thirty 🌟 Chrysanthemum

137 18 13
                                    

September 16, 2020

Aku tidak tahu kalau rasanya terperosok terlalu dalam pada kehidupan seseorang, akan sangat membuatku terguncang hampir mati. Aku percaya diri jika sebelumnya hidupku baik-baik saja ketika aku berusaha untuk tidak menyentuh apa pun yang berkaitan dengan ruang lingkup manusia di sekitarku, entah yang tidak terlalu dekat denganku atau bahkan yang sangat dekat denganku sampai tak berbatas sedikitpun. Well, tidak ada penyesalan yang tumbuh sejak awal, kan.

Aku mengepung sejenak seluruh kesadaranku ketika beberapa serangan meruntuhkan rasa keberanianku. Aku yang tengah terduduk di sebuah sofa berwarna cokelat muda hanya terus tak mengindahkan atensiku untuk menatap Kak Quila yang mendesakku dengan pandangan kebenciannya yang sudah meluap tak tertahankan. Ibu dan Kak Namjoon juga ikut menyidangku di ruang tamu yang mendadak sesak di setiap sudutnya.

"Youra, akan aku tanyakan sekali lagi padamu. Apa selama ini kau berbohong padaku, bahkan pada semuanya?" Kak Quila tak segan melempariku dengan pertanyaan yang seharusnya tidak perlu tertuju padaku terang-terangan begitu.

Aku menghela napas, semakin menunduk tak sanggup jika kutemukan raut wajah dari mereka yang mendadak mengasihani diriku. Seolah mereka tahu suaraku tidak segera muncul, kakak kembali berpendapat.

"Sudah kuduga kau tidak akan melupakan kejadian yang menimpamu, Youra. Karena obat yang kuberi untukmu beberapa tahun lalu, tidak pernah kau minum," katanya, suara kakak bahkan hampir tak terdengar. Aku masih tak mampu menimpalinya dengan jawabanku.

"Katakan padaku, Youra. Mengapa kau mesti menyembunyikannya dariku? Aku sudah susah payah untuk membuatmu tetap normal, Youra. Kenapa kau sangat keras kepala?"

Dedikasi pitamnya memuncak. Aku sampai menaikan pandanganku, dan beralih menatap kakak yang sepertinya sudah ingin memukul wajahku dengan kepalan tangannya yang terlihat menggulung resah.

Aku yang kelewat kesal, lantas menjawab keyakinan milik Kak Quila. Tubuhku mendadak beranjak dari sofa, dan memincingkan seluruh netraku pada kakak. "Normal? Normal bagaimana, Kak? Hidupku sudah rusak, aku sudah berantakan, bagaimana bisa aku hidup dengan normal. Persetan dengan kepedulianmu terhadapku, tidak akan bisa merubah apa yang sudah terjadi padaku, Kak." 

Kusadari napasku menurun tidak beraturan. Aku menepuk diriku dengan kasar, terkesan memukul-mukul. Aku berakhir menekan beberapa kalimat yang begitu mudahnya meluncur dari mulutku.

"Aku disentuh oleh orang lain disaat aku tidak tahu apa kesalahanku. Aku diperkosa di dalam kelasku sendiri, di mana seharusnya aku bisa diselamatkan karena temanku ada di sana. Dia melihatku, Kak. Min Yoongi melihatku yang sedang dirusaki."

Aku sejenak terisak, air mata yang sebaiknya tak kuperlihatkan, hanya terus menerus meraih kesempatan untuk menurun. "Aku berakhir tidak diselamatkan, Kak. Aku dibiarkan rusak oleh mereka. Jadi untuk apa aku harus hidup dengan normal. Obat, psikiater, psikologi, dokter—aku sama sekali tidak membutuhkan hal tersebut hanya agar aku tetap bisa hidup." 

Aku menundukkan kepalaku, berakhir terisak tidak waras. Rembesan air itu kulihat berjatuhan. "Aku sudah terlanjur mati, tidak ada yang perlu diselamatkan dari diriku. Aku saja merasa jijik pada diriku sendiri."

Sesaat kurengkuh tubuhku dengan kedua lengan yang melingkar. Hingga aku cukup terkejut ketika sesuatu menabrakan dirinya padaku. Ibu memelukku, membebaskan tangisan paling kencang, sampai-sampai aku tertegun karena mendengar betapa kerasnya Ibu menangis sembari mengeratkan dekapannya.

"Jangan berkata seperti itu, Nak. Kau harus tetap hidup, kau harus tetap hidup. Maafkan Ibu dan Ayah yang sudah membuatmu seperti ini. Kau yang harus menanggung semua kesalahan yang dilakukan Ibu dan Ayah. Maaf, Youra. Ibu sangat menyesal." 

Cygnus Atratus || Min Yoongi Fanfiction ✔ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang