Chapter Twenty Two 🌟 Koleksi Kepingan Biru Yang Lugu

157 30 45
                                    

Tak terkira sudah berapa banyak vibrasi yang berlarian di dalam rongga dadaku. Suara terpa kebisingan yang berantakan di kulum hujan dan gemuruh yang berjatuhan di atas pelindung kepalaku yang tengah kugenggam dengan salah satu tanganku. Jemariku seolah dirapat oleh ketakutan janggal, manakala lepas pandanganku menjorok tegas pada dua presensi yang saling berusaha memenangi posisi pertama siapa yang paling kuat. Namun, kupikir satu-satunya yang terlihat dominan hanya pada jiwa yang tengah mengenakan hoodie berwarna biru tua—Choi Yeonjun.

Tak sadar kugigit bagian kulit dari bibir dalamku, hingga rasanya pesona amis darah lantas kutelan. Seolah perangai langit dan suasana menambah lara di berbagai sudut antero. Aku hanya sanggup terpaku, memungut setiap kalimat pertanyaan yang terlintas di benakku. Para mahasiswa kewalahan berupaya melerai, tapi entah mengapa atensiku tak mau terlepas dari keberadaan Yeonjun yang melangsungkan presistensinya habis-habisan pada sahabatnya sendiri.

"Ya! Yeonjun, hentikan!"

"Choi Yeonjun, sudah cukup!"

Pertahananku di bawa tak menentu. Berbagai sisi dari dalam diriku hanya saling menarik untuk membuatku tetap memangku lamun di ujung jarak. Namun, sisiku yang lain memaksaku untuk menghantamkan apa saja pada laki-laki yang dengan mudahnya merusak kepunyaanku—anehnya sisi tersebut seolah yang paling merangsak menggebu-gebu.

Dua sampai tiga mahasiswa laki-laki susah payah mencekal Choi Yeonjun yang tak pernah kehabisan tenaga untuk mencabik-cabik persona di hadapannya yang saat ini tengah meludahi tanah dengan darahnya yang berada di sudut bibirnya.

Aktualisasi yang sempat membuatku teralih di sana, selalu tak sampai menciptakan kejutan untukku. Aku seolah sudah tahu bagaimana penampakan sebenarnya dari raut wajah itu yang akan dia tunjukkan pada khayalak. Dia yang tidak berperasaan, tidak akan pernah tahu apa itu sakit dan kecewa. Min Yoongi layaknya seonggok boneka pasrah yang dibiarkan hancur, bahkan jika pelakunya adalah pemiliknya sendiri.

Dia tidak akan menyesali, atau barangkali mengutarakan 'maaf.' Kuyakini jika seandainya Yeonjun menusuk sampai mati jantungnya, dia tidak akan mempermasalahkan hal tersebut. Karena selayaknya mati adalah salah satu pilihan terbaik daripada hidup, tapi harus terus-menerus merasakan kematian—itu yang dia katakan kala pada akhirnya kutemui semestanya melesat meraihku.

"Kau berengsek, Yoon! Aku akan membunuhmu! Demi Tuhan aku akan membunuhmu, sialan! Jangan pernah libatkan aku lagi dalam segala hal yang kau lakukan. Jangan pernah bertanya atau berbicara padaku, bajingan." 

Terbesit ungkap kemarahan yang mengharuskanku tanpa sadar merekatkan perhatianku untuk mengenggam ala kadar biji bola mata yang melirikku kini. Min Yoongi lebih mirip orang yang tidak memiliki pendengaran di kedua sisi kepalanya, dia hanya menyibukkan diri untuk membersihkan darah-darah kecil yang sepertinya terus merembes di sudut bibirnya itu—bahkan tanpa berniat menoleh pada seseorang yang sudah kelewat batas amarah.

"Kau ... Kau jahat, Yoon dan aku membencimu hingga kau mati sekalipun aku akan membencimu!" 

Desakan gerutu hebat yang tak dapat kumaknai dengan baik, lantas mencampur adukkan perasaanku yang sudah berantakan. Kujatuhkan payung berwarna putih yang sempat beberapa menit ini kupaksa singgah untuk sekadar melindungiku. Kakiku mengayun tanpa ragu, menoreh jejak perlahan menuju sebuah suasana perdebatan sengit. Percuma juga ketika kukhawatirkan diriku sendiri akan terkena hujan, sudah begini bahkan aku tetap kebasahan sama seperti yang lainnya.

Kulihat Yeonjun ingin sekali menghempaskan pukulannya dengan mencoba melepaskan enam tangan yang mengukung tubuhnya terburu-buru. Hingga belum sempat itu terjadi, pijakku lekas terhenti pada kedekatan yang tersisa satu jengkal dengan laki-laki yang pada awalnya siap menjadi santapan kedua kali—atau itu bisa jadi kesekian kali dari emosi sahabatnya sendiri. Choi Yeonjun termangu sesaat setelah menyadari akan aku yang seolah sedang menjelma menjadi tameng raksasa dari laki-laki lemah di belakangku.

Cygnus Atratus || Min Yoongi Fanfiction ✔ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang