Di terpa semilir angin yang berhembus menabrakan dirinya kepadaku, terhimpit oleh kegugupan yang semakin meluap tidak terkendali. Amerikano di tanganku seolah menjadi penonton akan diriku yang kelewat gelisah.
Seluruh jemariku menekan kuat-kuat minuman yang diberi Lycia untukku. Pandanganku mengedar memperhatikan Sungai Han, sembari bersandar di badan mobil milikku, dan salah seorang gadis tengah berada di sebelahku melakukan hal yang sama. Setelah sekian lama, tiga tahun berlalu tanpa diberi kesempatan, salah satu temanku sedang menunjukkan dirinya padaku lagi.
"Sudah lama, ya, Youra." Begitu sapanya ketika sepuluh menit yang lalu kami hanya saling terdiam merenggut pikiran tak berbenah.
Aku berdeham singkat, lantas meneguk sesekali amerikano yang masih saja penuh terisi.
"Bagaimana kabarmu, Youra?" tanya seorang gadis dengan rambut sepinggangnya yang berwarna cokelat. Aku meliriknya, kupandangi sesaat dia yang sedang tidak melihat ke arahku.
"Aku baik. Bagaimana denganmu, Lycia?"
Dia menoleh padaku, lalu tersenyum kecil. "Sama sepertimu," jawabnya singkat.
Setelah itu tidak ada bentuk suara apa pun selain angin dan Sungai Han.
Ketika di pemakaman, entah apa yang membuatku mengurungkan niat untuk tidak menghampiri Leechie, aku pergi begitu saja dengan menyeret Jaeyoon bersamaku. Aku segan mengatakan pikiranku yang terlintas tat kala duniaku hampir runtuh lagi.
Tidak kuberi peluang Seok Jin, entah Yoongi atau bahkan Lycia mengungkapkan penjelasannya. Aku terburu-buru pergi karena aku hampir akan menangis kencang di hadapan mereka.
Tapi, kupikir semuanya berhenti di pertengahan tak pasti, Lycia menghalangi mobilku saat aku akan pergi. Dia seolah berlari mengejarku, aku bisa melihat napasnya naik turun kelelahan.
Hingga dia memintaku untuk mendengarkannya sekali saja. Aku memutuskan untuk membiarkannya masuk ke dalam mobilku, dan setelah mengantar Jaeyoon ke sekolah, aku membawanya kemari.
"Sudah lama aku tidak berkunjung ke Seoul. Suasananya masih tidak berubah. Sangat ramai, tapi sesekali begitu sepi."
Kudengar Lycia berceloteh sembari memandangi Sungai Han dan beberapa orang yang terlihat mangkir di sampingnya. Aku hanya tersenyum, menyesap kembali amerikano yang bagiku tidak terasa pahit lagi. Kusadari Lycia menghela napas, pundaknya semakin menurun lesu.
"Maaf atas apa yang sudah terjadi padamu, Youra."
Aku memenuhi pandanganku dengan seorang gadis yang tengah menunduk payah. Jemarinya terlihat memegangi kuat-kuat minuman Caramel Macchiato.
"Seharusnya kukatakan itu tiga tahun lalu. Tapi, aku yang terlalu tidak terima dan marah hanya melenggang pergi meninggalkanmu, menyeret Luna bersamaku, dan membiarkanmu hidup sendirian. Padahal aku tahu jika aku tidak boleh begitu kepadamu, Youra. Tolong maafkan aku."
Tidak kusangka parau yang terdengar olehku menyebabkan risiko batin yang kian memburuk di dalam sana. Eksploitasi luka yang berdarah-darah semakin nyeri terasa.
Tundukkan kepala yang sayup-sayup enggan menengadah kembali, membuatku tak sadar menjadi biru ingin menangis menjerit kalau bisa.
Tapi, yang kulakukan hanyalah terdiam, mengambil kesempatan untukku kembali memandangi Sungai Han yang sedang bergerak tenang. Hingga kuutarakan kenyataan yang tidak sesuai isi hatiku.
"Tidak apa-apa, aku mengerti. Terima kasih kau sudah mengatakannya hari ini, karena bagiku itu sudah lebih dari cukup," jelasku, menelan lagi amerikano yang semakin menipis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cygnus Atratus || Min Yoongi Fanfiction ✔
Fanfic(END-WARNING!! SETIAP PART PANJANG2. BAHASANYA BELIBET. BIKIN MIKIR KERAS!! CERITA INI TERDIRI DARI 3 BAGIAN YANG MEMUAKAN. PUSING DENGAN SEGALA TINGKAH DILUAR NALAR DARI SETIAP KARAKTER BAKALAN BIKIN KAMU BOSAN. POKOKNYA CERITA INI KHUSUS BUAT KAMU...