Suara bel yang sebenarnya sangat ditunggu oleh sepasang kembar sejak tiga puluh menit lalu itu akhirnya terdengar oleh mereka yang cemas di kursi makan.
Jeno langsung melompat dari tempatnya, sementara Jaemin yang diam itu hanya mengikutinya menggunakan mata. Sedikit tak menyangka jika saudara kembarnya itu akan sepeduli itu dengan benda yang jarang disentuh jika bukan untuk menanyakan PR, meminta jemputan, dan mengabari Ibu ataupun ia jika ada sesuatu yang terjadi; bahkan si adik yang sudah bersama lelaki itu dalam kandungan masih merasa shock jika memikirkan kakak lelakinya yang punya akun aplikasi yang digunakan untuk memposting foto, yang saat ini sangat digandrungi orang-orang.
"Jaemin-ah, cepat siapkan minum. Kita kedatangan tamu!"
Seruan yang cukup keras itu membuat Cha Jaemin tersadar dari lamunannya. Rumah loteng yang memang bisa dibilang minim ruangan dibanding yang biasa itu, harusnya bisa membuat lelaki ini mendengar suara siapa yang ada di depan, tapi karena tadi pikirannya sempat pergi, jadi ia tak bisa menemukan clue apapun selain menebak jika yang datang adalah Sungchan; teman Karina Yoo itu mengiriminya pesan jika ia akan mengantar ponsel itu ke rumah mereka bersama Pamannya.
Ah, benar!
Tamu yang Jeno maksud pasti bukan hanya Jung Sungchan. Tapi juga si Paman yang dikagumi Jeno; jadi minuman yang harus ia siapkan berjumlah dua gelas? Tidak. Daripada itu, Jaemin lebih penasaran dengan bagaimana sosok pria dewasa yang bisa membuat kakak kembarnya, yang hampir selalu menganggap orang-orang --selain keluarganya-- menyebalkan itu bisa langsung 'jatuh cinta' hanya dalam beberapa jam saling mengenal.
Maka tanpa menunggu lagi, dia yang disuruh Jeno untuk menjamu dua orang itu langsung saja bergegas menuju kulkas. Meniti isinya, senyumnya mengembang begitu mendapati sebotol jus jeruk di dalam.
Segera mengambilnya, gelas di rak kecil samping wastafel disiapkan bersamaan dengan nampan sebagai alasnya. Menuangkan sedikit isi sebagai pembuka, botol yang cairan oranyenya masih bersisa itu ditaruh diantaranya sebelum kemudian membawanya menuju Jeno yang diperkirakan Jaemin ada di ruang menonton televisi yang memang merangkap sebagai ruang tamu; sekali lagi, walau termasuk besar tapi yang mereka huni ini adalah tipe rumah loteng, yang tetap mengusung konsep ruang yang terbatas.
"Samchon, perkenalkan; yang disana itu Cha Jaemin, saudara kembarku."
Jaemin yang baru saja keluar dari dapur itu membeku, langkahnya seketika terhenti dengan mata yang sama sekali tak mengerjap untuk sekian detik.
Bukan.
Ia bukan tercengang dengan suara Jeno yang memperkenalkannya dengan ramah. Tapi bagaimana ia terkesima pada sosok asing yang kini melihat padanya; apa pria itu yang kakaknya bilang adalah Pamannya Sungchan?
"Anyeong, Aku Jung Jaehyun, samchon-nya Sungchan."
Sungguh, Jaemin tak bisa lebih kagum dari apapun lagi saat mata itu dipenuhi senyum hangat dengan lesung pipi dalam milik si 'Paman'. Membuat darahnya berdesir cepat sampai jantungnya ikut berdebar kencang; lelaki ini entah bagaimana jadi paham kenapa Jeno bisa langsung membicarakan sosoknya dengan semangat bahkan ketika belum satu hari berlalu bersamanya, hanya dengan menatapnya saja Cha Jaemin tahu jika Jung Jaehyun merupakan sosok yang luar biasa.
"Kenapa malah melamun disitu? Minumannya nanti bisa tidak dingin lagi...."
Nampan yang direbut paksa oleh Jeno, membuat Jaemin tersadar. Melihat pada si kakak yang menyuruhnua untuk menyahut perkenalan dari Jaehyun, si kembaran langsung mengangguk. Namun terlebih dulu mengikuti saudaranya, sebelum kemudian duduk disamping Cha Jeno dan menundukkan kepala singkat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Uri Appa✔
FanfictionJaemin dan Jeno pikir keluarga yang mereka miliki sekarang sudah lebih dari cukup; keduanya sama sekali tak memerlukan sosok 'Ayah' dihidupnya. Sampai ketika Kota Seoul mempertemukan mereka dengan sosok yang bahkan tak pernah ada sejak sepasang kemb...