- 17 -

843 100 57
                                    

Punggungnya Jung Jaehyun sandarkan pada kursi yang ia dudukki seiring dengan nafas yang dihembuskan. Terdengar panjang dan berat, mata yang semula bermenit-menit lalu hanya diam memandang jalanan lurus didepannya itu beralih pada langit-langit mobil sesaat, sebelum kemudian bergerak lagi menuju kaca di atas; pantulan sekeranjang buah yang dikemas cantik di kursi belakang itu kini jadi fokusnya.

Selepas ia mengantar Jaemin hari itu, Jaehyun yang sebenarnya berniat ingin kembali ke rumah sakit tiba-tiba saja mendapat telepon dari orang kepercayaannya di kantor pusat. Meminta pria itu datang ke Amerika secepatnya karena ada hal mendesak yang harus diurus dan ya, malam itu juga ia pun pergi meninggalkan Korea untuk menyelesaikan urusan yang ternyata memerlukan waktu beberapa hari.

Hingga Jung Jaehyun benar-benar nyaris kehilangan fokusnya.

"Aku dan Eunwoo, sudah menikah..."

Kalimat itu lagi-lagi terngiang dikepalanya.

"Jaemin dan Jeno memang adalah anak kami...."

Tangannya dikepal sampai kuku jarinya terlihat memutih; Bayang-bayang saat Kim Jiho menggamit mesra lengam Cha Eunwoo juga terlintas.

"Jadi sudah jangan ganggu aku dan keluargaku, Jaehyun-ah."

Kini telapaknya terasa agak perih; ada sedikit darah yang keluar dari sana saat genggaman itu dibuka dan nafasnya, untuk kesekian kali Jaehyun hembuskan. Masih dengan ritme yang sama, posisinya juga belum berubah. Sekedar tatap yang beralih pada rumah atap familliar di sisi kanan mobilnya.

Ia mendengus tawa; terdengar begitu pilu, namun bibirnya justru menyeringai.

"Jangan ganggu... katanya?"

Monolog itu tentu dibiarkan mengambang, hanya Jaehyun yang tahu jika tanya itu jawabannya berarti tidak; Jung Jaehyun benar-benar akan melakukan apapun demi mendapatkan kembali hati Jiho dan parcel dibelakang, jadi sebuah permulaan.

Pria itu akan pura-pura menjenguk dan bertanya bagaimana keadaan Jeno, untuk bisa mengobrol serta mengulik lebih dekat soal Jiho...

Yang ia percaya tak akan semudah itu untuk mau menikah dengan Cha Eunwoo yang dulu selalu dibilang Jiho tak akan pernah dia kencani walau hanya tersisa si teman prianya itu di dunia; bahkan Jaehyun sendiri pun ragu jika 'kekasihnya' itu bisa melihat Eunwoo sebagai pria, mereka memang sudah sedekat itu sampai siapapun yang mengenal dua sahabat tersebut tak akan pernah berpikir jika mereka bisa saling memiliki perasaan, apalagi sampai menikah begini.

Tanya saja teman semasa kuliah mereka, semua pasti akan sama terkejutnya dengan Jaehyun.

Maka setelah merenung sejenak, tubuhnya Jaehyun tegakkan. Meregangkan punggung yang terasa agak pegal itu, parcel di kursi belakang ia raih sebelum kemudian membuka pintu mobil.

Mengeluarkan kaki untuk turun dari kendaraannya, sesaat setelah akhirnya tubuh itu berdiri tegak, pintu pun ia tutup. Sekali menarik-hembuskan nafas, kakinya pun Jaehyun langkahkan menuju 'gerbang rumah Kim Jiho'.

"Hyewon-ah? Mau kemana sore-sore begini?"

Ia tegur si pemilik rumah ketika melihat anak itu mendekat. Mengalihkan pandang si gadis dari ponselnya, pupilnya membulat begitu melihat siapa yang datang.

"Samchon," dia yang selalu mendengar Jaemin memanggil pria itu dengan sebutan tersebut secara refleks mengikuti. Memasukkan ponsel ke saku, langkahnya diperlebar agar bisa segera mencapai Jaehyun. "Kau ada perlu dengan Jaemin?"

Bukan pengabaian atas tanyanya yang Jaehyun permasalahkan, tapi bagaimana Hyewon terlihat membuka pagar yang ternyata terkunci itu; sungguh beruntung dirinya --yang sama sekali tak punya kontak Jiho maupun anak-anaknya-- keluar disaat si pemilik rumah juga ingin pergi begini.

Uri Appa✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang