- 28 -

433 65 5
                                    

"Berita perselingkuhan CEO J&Hco telah menyebabkan turunnya saham perusahaan sebesar..."

Klik.

Suara 'asing' yang tiba-tiba saja masuk ketelinga Jung Jaehyun yang sibuk memandang jauh pada jalanan lewat jendela mobil, membuat lelaki itu menolehkan kepalanya ke arah supir di depan. Memandangi tengkuk pria setengah baya itu sejenak, sebelum kemudian beralih pada kaca atas mobil dan mereka bertatapan.

Sang supir yang sepertinya tak menyangka jika tuannya akan melihat padanya itu terkejut sesaat, sebelum kemudian mengarahkan mata lagi pada jalan. Berdehem rendah, ia berujar. "Si-siarannya tidak ada yang bagus. Jadi Saya matikan saja radionya--"

"Beritanya sudah tersebar kemana-mana, jadi tak perlu sungkan. Nyalakan saja radionya lagi, daripada membiarkan mobil dalam keadaan sepi..."

Kalimatnya mengambang, mata yang kembali pada jalanan itu mengamati dengan intens pemandangan yang dilewati dan barulah ia tersadar; Ini bukan jalan menuju tujuannya.

"Kau mau membawaku kemana?"

Pak supir diam, raut wajahnya tegang.

"Ini bukan jalan menuju tempat yang aku minta antarkan ya."

Nada Jaehyun meninggi, kali ini ia yang duduk di kursi penumpang belakang itu maju; berniat ingin meraih stir dengan paksa agar supir mau menghentikan laju kendaraan.

"Ma-maafkan saya Tuan. Saya ha-hanya menjalankan perintah..."

Tangan Jaehyun terhenti, diliriknya Pak Supir dari ujung mata. Tanpa kata ia memberi isyarat jika sedang menunggu kelanjutan kalimatnya.

"Nyo-nyonya bilang, beliau ingin Anda ada di sampingnya sebelum... sebelum...."

Kata-kata yang selanjutnya disampaikan supir benar-benar terdengar mengambang ditelinga Jaehyun. Membeku diposisi, kepalanya seketika jadi pening; bingung antara harus memilih Jiho atau ibunya.

Sekitar lima belas menit lalu, Jiho menghubunginya menggunakan telepon genggam Eunwoo. Bilang ingin segera bertemu karena ada yang ingin di sampaikan, makanya sekarang ia sedang dalam perjalanan untuk menemui perempuan itu. Memakai supir pun bukan tanpa alasan; entah mengapa tiba-tiba mobil yang biasa ia pakai bannya bocor dan lelaki itu tak mau membuat Jiho menunggu dengan memperbaiki kendaraan tersebut. Mobil yang sekarang ia gunakan hanya boleh dipakai bersama supir, karena Pak Supir lah yang memegang kunci dan Jaehyun tak ingin menambah masalah dengan memaksa pria --yang sudah bekerja untuk keluarganya sangat lama-- itu untuk menyerahkan kunci mobil.

Ayahnya tak semudah itu untuk bermurah hati pada siapapun yang melanggar peraturannya; termasuk prosedur untuk membiarkan Ibunya yang sakit keras untuk tetap di Amerika dengan alasan agar mendapatkan perawatan yang lebih baik.

Lalu sampai supirnya menyampaikan, Jaehyun sama sekali tak mendengar apapun tentang kondisi Ibunya. Apalagi sang kakak hari ini terlihat santai dengan tetap beraktifitas seperti biasa; mengurus kekacauan yang disebabkan sang Ayah dengan berangkat menuju perusahaan tanpa banyak bicara, bahkan tak menyapanya.

"Tu-tuan Insung tidak bisa ikut berangkat ke Amerika. Beliau bilang masih ada urusan yang harus diselesaikan disini..."

Ah, kebingungan ini membuat Jaehyun lupa. Hubungan mereka tidak sedekat itu untuk bisa saling berbagi berita semacam ini, yang Jung Insung pedulikan adalah bagaimana cara agar bisa terus mempertahankan perusahaan yang hampir hancur, pasti tak akan peduli dengan apapun selain bisnis turun temurun keluarga ini dan hal itu termasuk kondisi sang ibu.

Keturunan lelaki pertama keluarga Jung yang memang harus nenjadi penerus menjadikan Jung Insung begitu 'dekat' dengan sang Ayah. Sementara si adik, Jung Jaehyun yang lebih sering diabaikan oleh sang kepala keluarga jadi lebih sering bersama sang Ibu.

Uri Appa✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang