"Kau... Akan menyajikan makanan untuk ruangan di lorong ini ya..."
Jaemin dengan kereta dorong yang berisi beberapa set sajian makanan itu memperhatikan Hyewon di sampingnya. Sedang membaca sebuah panduan yang tadi diberikan oleh kepala divisi; orang baru hari itu mendapatkan tugas di lantai yang sama dengan mereka yang membawa.
Maka sekarang berada di sinilah ia dan Hyewon. Dilantai lima belas sebuah hotel mewah, menjadi penyedia room service untuk para tamu VIP yang memesan hidangan.
"Rasanya berat ya langsung melayani kamar tamu VIP?"
Pertanyaan gadis itu menjalankan waktunya yang untuk sesaat terhenti. Mengalihkan pandang, senyumnya kaku dengan satu tangan mengusap tengkuk.
Bukan.
Itu bukan karena ia merasa gugup karena langsung diberi tugas di lantai VIP, bukan juga karena ia meremehkan pekerjaan ini; bekerja di supermarket membuatnya sedikit tenang karena bisa dibilang sudah cukup terbiasa menangani orang-orang.
Sekarang Jaemin hanya merasa tak mengerti akan sesuatu.
Jadi beberapa saat lalu setelah berganti baju, sebagian besar pegawai perempuan memuji dia yang begitu tampan menggunakan seragam. Namun Kang Hyewon...
Padahal banyak juga pegawai perempuan lain yang diam seperti gadis itu, tapi saat ia tak mendengar satupun pujian untuknya keluar dari mulut tersebut; Jaemin jadi merasa agak kesal dibuatnya.
"Kalau begitu, aku akan ke lorong sebelah sini--"
"Apa aku cocok memakai seragam ini, Noona?"
Tanya yang tiba-tiba itu menghentikan gerak Hyewon. Gadis itu bingung sampai mengerjapkan mata. "Kau bertanya--"
"Lu-lupakan saja apa kataku barusan!" Sepertinya lelaki itu tak sadar jika sudah menanyakan sesuatu yang konyol hingga tiba-tiba meninggikan nada untuk menyembunyikan gugup akibat keteledoran, lantas langsung saja melangkah menjauh tanpa mendengarkan apa respon Hyewon.
Sibuk merutuki diri sendiri sepanjang langkah cepatnya menyusuri lorong, hampir saja ia melewati kamar yang seharusnya dilayani. Menghela nafas panjang, lelaki itu berusaha menetralkan jantung yang tiba-tiba jadi berdebar sangat cepat.
Berdiam diri di depan pintu selama beberapa menit dan kemudian mengambil kartu pass disaku; sebelum pergi, kepala divisi memberikan itu padanya agar Jaemin bisa masuk ke ruangan yang katanya memang sudah memesan hidangan lebih dulu. Memintanya untuk menyajikan makanan yang dibawa, agar orang yang bersangkutan bisa langsung memakannya setelah tiba.
Maka setelah mendengar suara yang menandakan jika pintu terbuka, Jaemin pun melangkah lebih jauh. Mendorong kereta makanannya, untuk sesaat kakinya membeku begitu menyaksikan apa yang ada di sana.
Itu kamar terbesar yang pernah ia lihat sepanjang hidupnya. Sebuah sofa panjang berhadapan dengan meja makan yang diapit oleh kursi yang rasa-rasanya juga tak kalah nyaman. Namun melebihi semua tata letak interior mewah itu, sebuah jendela besar yang langsung menghadap ke arah kota benar-benar menarik perhatian remaja ini.
Langsung saja mendorong kereta itu cepat mendekat pada meja yang sudah tersedia, menyadari hanya ada ia sendiri disana membuat Cha Jaemin dengan segera menaruh semua hidangan itu di meja; sebentar ia ingin cepat-cepat menikmati pemandangan kerlap-kerlip indah Seoul sebelum si tamu datang.
Tak sampai lima menit, set makan malam itu sudah terhidangkan. Lantas tanpa menunggu lagi meninggalkan begitu saja kereta makanannya, Jaemin pun berjalan menuju jendela besar tersebut. Akhirnya bisa melihat seluruh kota Seoul seperti yang selalu diimpikannya, membayangkan bahwa mungkin sebentar lagi ini akan jadi pemandangan sehari-harinya menjadikan dadanya berdebar kencang dan rencana 'sebentar' itu, tahu-tahu berjalan lebih lama dari yang seharusnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Uri Appa✔
FanfictionJaemin dan Jeno pikir keluarga yang mereka miliki sekarang sudah lebih dari cukup; keduanya sama sekali tak memerlukan sosok 'Ayah' dihidupnya. Sampai ketika Kota Seoul mempertemukan mereka dengan sosok yang bahkan tak pernah ada sejak sepasang kemb...