- 07 -

735 101 11
                                    

Bel istirahat bahkan baru berbunyi tak sampai sepuluh menit lalu, tapi Karina Yoo sudah terlihat lesu dengan tangan yang bertopang pada dagu. Berdiri di jendela koridor, matanya padahal fokus menatap langit cerah hari itu sama sekali tidak sinkron dengan helaan nafas panjangnya dan itu menarik perhatian Cha Jaemin yang berniat menemui kembarannya di kelas sebelah.

"Apa ada sesuatu yang mengganggumu?"

Tanya Jaemin membuatnya menoleh, namun sebelum menjawab, apa yang lelaki itu pegang ditangan terlebih dulu menarik perhatiannya; itu masih kotak bekal putih yang sama, yang mau dilihat berapa kalipun terasa sangat tak cocok dibawa oleh siswa serupawan Cha Jaemin.

"Oh..." ia abaikan pikirannya, alasan kenapa temannya ini memilih membawa bekal sejak hari kedua masuk sekolah sudah dijawab dan tak seharusnya ia komplain lagi atau Jeno akan menyindirnya lagi dengan statusnya sebagai anak pemilik sekolah yang punya banyak uang, jadi bisa membeli jajan semaunya --padahal Karina rasa ia tak begitu. "Hanya sedang memikirkan Sungchan."

"Sungchan?" Seringnya Karina bercerita tentang teman kecilnya itu membuat Jaemin mengerti bagaimana Jung Sungchan bisa tiba-tiba mencetuskan sesuatu yang -- kata Karina-- gila dan dilihat dari bagaimana suasana hati gadis itu; nampaknya memang begitu adanya.

"Dia memikirkan hal gila lagi?"

Karina mendengus geli, dia suka cara Jaemin terdengar sama persis dengannya saat menyebut Sungchan. "Kali ini benar-benar sangat gila sampai aku jadi susah tidur dibuatnya."

Alis berkerut, si lelaki menunggu temannya melanjutkan ucapannya.

"Kau tahu Kim Minjeong? Sungchan menyukai gadis itu," Karina tanpa ragu memberitahu Jaemin nama gadis yang Sungchan taksir. "Dan si Winter-- ani, maksudku Minjeong ini adalah anggota ekskul paduan suara jadi..." ia menjeda kalimatnya, nafasnya terhembus panjang lagi. "Sungchan memintaku untuk mencarikannya tutor bermain gitar hanya dengan alasan ingin mengiringi Winter-- Minjeong bernyanyi. Itu benar-benar gila 'kan?"

Sebenarnya Jaemin si anak baru ini bahkan tak tahu itu siapa Kim Minjeong atau kenapa Karina terus-terusan hendak menyebutnya dengan panggilan Winter, tapi untuk menghormati Karina yang sudah mau bercerita sampai membocorkan nama gadis yang orang lain suka begitu, jelas ia harus memberikan respon yang baik, bukan?

"Kau bilang kau kursus piano di akademi musik 'kan?" Jaemin bertanya. "Kenapa tak coba minta Ssaem di sana untuk mengajarinya? Atau karena Sungchan yang mencari, dia mungkin bisa mendaftar--"

"Aku sudah melakukannya. Tapi Ssaem yang mengajari kursus gitar itu menolak untuk mengajar privat dan meminta Sungchan datang ke akademi...." alisnya naik, nafas lagi-lagi terhela panjang. "Jadwal lesnya saja sudah sangat banyak sampai dia cukup kesusahan mengatur waktu, jadi tak mungkin memintanya untuk mengikuti jam-jam yang sudah disediakan akademi. Lagipula orang tuanya juga tak akan setuju jika tahu Sungchan lebih memilih mengasah soft skill sementara nilai akademiknya terancam turun, apalagi dengan alasan sespele ingin menarik perhatian orang yang disuka," kepalanya kemudian diangguk-anggukkan. "Maka dari itu, aku rasa perlu mencari seseorang yang lebih fleksibel soal tempat dan waktu. Agar Sungchan bisa tetap latihan tanpa ketahuan oleh Ahjussi dan Ahjumma..."

Penjelasan panjang Karina, membuat Jaemin terdiam sejenak; ia benar-benar sama sekali tak mengerti bagian dari gadis ini yang --menurut teman-temannya-- meninggalkan kesan arogan si anak pemilik sekolah sampai harus diwaspadai. Karina Yoo yang seperhatian ini, harusnya layak mendapatkan lebih banyak teman, bukan malah dihindari keberadaannya hanya karena terlihat susah didekati akibat dandanan mewah dan statusnya.

"... Kau sangat perhatian sekali pada Sungchan, ya."

Tawanya terdengar hambar, tatapannya kosong. "Yaaah, itu mungkin karena aku sudah mengenalnya dari kecil," bisa Jaemin lihat tangan Karina naik menuju leher sebelum kemudian meraih kalung dengan liontin yang --bagi Jaemin-- lebih mirip cincin dari balik kerahnya. "Jadi sangat memahami bagaimana Sungchan juga merasa agak kesulitan memenuhi tuntutan orang tuanya...."

Uri Appa✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang