- 19 -

587 87 4
                                    

Siapapun yang berpapasan dengan Cha Jaemin dan Cha Jeno saat ini, pasti akan beranggapan jika kedua remaja tampan tersebut cukup terlihat kampungan dengan binar takjub yang memenuhi mata saat langkah kaki berhasil menapak lantai salah satu mall besar di kota metropolitan, Seoul.

Diajak Eunwoo yang katanya hari itu mendapat cuti, daripada menanyakan alasannya, si kembar yang kepalang senang itu benar-benar sudah tak bisa memikirkan apapun selain berpenampilan senecis mungkin untuk kunjungan pertama mereka.

Ini bukan berarti di delapan belas tahun hidup keduanya sama sekali tak pernah mengunjungi mall. Okcheon punya beberapa dan mereka bisa dibilang sudah cukup sering datang, hanya saja tidak sebesar Seoul; jadi tak ada salahnya untuk bersiap lebih baik dari biasanya, agar 'aura kota kecil' mereka tidak terlalu kentara, agar orang-orang kota menganggap mereka sama.

Tapi tentu saja, dari apa yang sudah terlihat serta kekehan Eunwoo atas keantusiasan keduanya; penampilan modis dengan rambut yang ditata sedemikian rupa nampaknya tak mengubah fakta jika mereka memang bukan berasal dari Seoul.

"Appa senang kalian sangat antusias atas ajakan kali ini," Eunwoo jujur. Ia memang tidak punya masalah dengan pakaian yang kedua putranya pakai; semua yang melekat ditubuh mereka sekarang cocok, apalagi dengan wajah rupawan yang saat ini cukup mengundang tatapan para gadis. "Terimakasih karena sudah mau meluangkan waktu, kita akan makan enak kalau urusan Appa sudah selesai."

Jeno hanya mengangkat alis, sementara Jaemin mengangguk kuat.

"Jeno akan mulai bekerja besok dan aku sendiri, untungnya ada Sunbae yang mau menggantikan..." kali ini deretan giginya, Jaemin diperlihatkan. "Ini sangat terlambat, tapi terimakasih Appa..." bisa dilihatnya alis Eunwoo naik. "Karena sudah merayu Eomma agar mau memberi kami ijin bekerja lagi..."

"Apa?" Sang kakak yang sadar kalau sang adik menatap ditengah kalimat tanggung itu menyela dingin. Memperhatikan Jaemin yang memberi kode dengan melirik-lirik pada Eunwoo; bohong jika Jeno tidak tahu maksudnya, tapi lelaki ini memilih untuk tetap diam sambil memutar bola matanya.

"Kau, tidak ada yang ingin disampaikan pada Appa?"

Pertanyaan langsung Jaemin yang kesal dengan tingkah Jeno, membuat si kakak tersedak salivanya sendiri. Terbatuk pelan, matanya melotot pada saudara kembar yang membalasnya dengan bahu terangkat. Sekali lagi melihat pada Eunwoo yang bingung, tatapnya seolah berkata jika mereka mungkin tak akan beranjak dari sana jika Jeno tetap bersikap begini.

'Aku tahu kau tidak terlalu akrab dengan Appa, tapi setidaknya ucapkan terimakasih. Karena tanpa beliau, kau pasti tidak akan punya lebih banyak waktu bersama Karina mu tersayang,' kira-kira seperti itulah yang Jaemin isyaratkan.

"Berhenti menatapku begitu, Cha Jaemin," Jeno tegaskan, ini bukan karena tatapan Jaemin yang seolah-olah membawa-bawa nama Karina Yoo. Lelaki ini hanya tak mau adiknya itu terus mengolok-oloknya perkara ia yang bisa dibilang lebih sering menghabiskan waktu bersama Karina.

Lagipula perempuan menyebalkan itu 'kan menyukai saudaranya.

"Te-terimakasih, Appa."

Itu kalimat singkat, yang bahkan diucapkan tanpa memandangnya. Namun bagi Eunwoo yang jarang diandalkan oleh Jeno, itu benar-benar sebuah kata yang bermakna. Terlebih lagi diucapkan dengan wajah merona menggemaskan; sisi si anak sulungnya yang seperti ini adalah alasan kenapa Cha Eunwoo tak bisa sedikitpun merasa kesal walau sering diabaikan olehnya.

"Yaaah, itu 'kan sudah tugasku sebagai Appa kalian. Jadi tidak usah berterimakasih..."

Jaemin terlihat mengembangkan senyumnya dan sesuai dugaan, Jeno justru sebaliknya; cemberut. Tapi Eunwoo tak peduli, ia tahu si sulung tidak benar-benar sebenci itu dengannya.

Uri Appa✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang