Part; 23

899 55 16
                                    

Happy reading, 💜

•••

"Jungkook.."

Ya, Jungkook ingin mendengar namanya diucapkan oleh bibir Hana, Choi Hana, miliknya. Ruangan milik Min Yoongi menjadi saksi kerinduan kedua insan itu, bercumbu dengan lembut dengan lidah yang saling bertautan. Pun paha kekar Jungkook kini menjadi tempat duduk ternyaman.

"Berhenti.." Hana menjauh, bibir kemerahan Jungkook kini ia perhatikan. Bukan miliknya, entah mengapa ia merasa marah, hancur sekali. "Tidak bisa dilanjutkan." Ujarnya sembari berdiri, jika diteruskan maka Hana mungkin tidak akan ingat jika Jungkook sudah milik orang lain.

"Aku.. menganggap, ini hanya kesalahan. Aku merindukanmu, maka—"

"Tapi aku benar-benar menginginkanmu."

"Aku atau tubuhku?" Tanya Hana, Hana mengancing kembali kemejanya, memperbaiki tatanan rambutnya yang berantakan. "Kau sudah milik orang lain, ingat?"

Tubuh Jungkook terpaku disana, bahkan saat Hana keluar dari ruangan Yoongi ia masih berdiam disana. Ia sangat sadar, ia kini memiliki Jung Hana sebagai kekasihnya. Bukan Choi Hana.

Dering telepon dari saku celananya membuat Jungkook tersadar, nama Yoongi Hyung sebagai penelpon ada disana.

"Jika kau lupa di ruanganku ada CCTV, bodoh. Cepat kesini yang lain menunggumu. Aku akan menganggap tidak terjadi apapun disana."

•••

Ruangan kerja milik Hana kini diisi keheningan, Hana melamun. Ia tidak bisa fokus.
Jungkook dan segala tentang lelaki itu semakin membuatnya pusing, ia rindu. Sangat ingin memeluk dan bercerita seharian diatas ranjang berdua seperti mereka dulu.

Namun itu hanya angan saja, Jungkook memiliki kekasih dan Hana bahkan tidak sanggup membayangkan jika kekasih Jungkook menggantikan dirinya diposisi itu.

Karin memasuki ruangannya setelah berkali-kali mengetuk pintu namun tidak ada jawaban. Mendapati sang atasan tengah melamun dengan sebuah pena dijemari  membuat Karin mendesah kecil, ini sering terjadi saat dulu Hana baru saja mendapati posisi sebagai presiden direktur. Dan Karin sangat yakin, hal ini disebabkan oleh orang yang sama.

Satu berkas ditangannya kembali Karin simpan, ia mundur dan keluar dari ruangan Hana. Ia tidak ingin mengganggu apapun yang Hana pikirkan.

"Kenapa? cepat sekali?" Tanya Minho dari balik mejanya.

"Ia melamun, tidak sampai hati mengganggu."

"Tapi berkas itu—"

"Tidak terlalu penting," Ucap Karin, "Lagi pula, aku yakin presdir tidak suka dengan ini." Tunjuknya pada berkas itu.

Minho menyandar pada kursinya, ia ikut merasakan kesedihan Hana. Walau ia bekerja masih selama dua tahun, ia sudah menganggap Hana dan Karin sebagai saudarinya. Ketiganya selalu bersama, dimana pun.

"Jangan terima gadis itu." Ucap Minho.

Karin yang tengah fokus pada komputer didepannya mendongak, melihat Minho yang berada didepannya. "Tapi hanya ini satu-satunya cara, agar Jungkook dan wanita itu berpisah dan tidak bertemu."

Minho menjawab sembari alisnya berkerut, "Jika presdir tahu, ia akan memecatmu." Guraunya. Mana mungkin Karin dipecat, Hana bahkan tidak bisa hidup tanpa wanita berdarah Amerika itu.

Seperti pasangan kekasih saja..

Karin tidak menjawab, hanya tengah berpikir, mungkin caranya sangat jahat dan terkesan akan menyakiti salah satu pihak. Namun demi Hana, Karin akan melakukan apapun.

"Sudahlah, jangan dipikirkan, jika menurutmu itu bisa membuat presdir bahagia aku akan mendukungmu."

•••

Pesawat jet yang Jungkook dan keenam hyung-nya tumpangi kini sudah mendarat di bandara internasional di Arab Saudi.

Lima jam lagi mereka akan melakukan latihan di stadium, kini BTS tengah makan bersama.

"Ingat, jangan lakukan apapun yang terkesan seksi, di lagu bapsae jangan buat gerakan pinggul menghentak seperti biasa.."

Padahal ARMY sangat menyukai gerakan itu, namun BTS ingin menghormati, mereka akan memperhatikan adab dan tingkah laku jika sedang pergi ke negara-negara untuk  tur konser mereka.

"Baiklah, istirahat, kemudian latihan."

Setelah latihan kemudian persiapan untuk konser selama seharian, kemudian di malam harinya konser dimulai dengan penuh kemeriahan, di tengah konser BTS dan ARMY menanyikan lagu ulang tahun untuk Jimin— semua itu akan menjadi kenangan paling indah untuk mereka semua.

Pertunjukan kembang api sebagai penutup konser sudah selesai— para penggemar harus kembali pulang dan menghadapi realita kehidupan.

"Wah— tinggal satu lagi di Seoul." Ujar Hoseok ketika mereka sudah berada di dalam pesawat Jet untuk kembali pulang.

"Aku akan merindukan tur konser kita ini.."

"Jangan khawatir, tidak lama lagi setelah album kita keluar, konser lainnya akan dimulai."

Dan percakapan lainnya terus terucap dari mulut ke mulut, candaan dan suara tawa sudah terbiasa mereka dengar satu sama lain. Saat beberapa dari mereka tidur, yang lainnya menikmati tontonan. Jungkook memilih untuk tidur, ia pria yang tidak sabaran— akan sangat membosankan jika ia terus terjaga dan menunggu sampai di Seoul.

Beberapa jam kemudian, mereka sampai. Banyak yang sudah menunggu kepulangan mereka.

Jungkook memutuskan pulang ke apartemen miliknya sendiri, apartemen besar yang ia beli beberapa waktu lalu. Saat punggungnya menyandar pada sofa, Jungkook kemudian teringat— sudah dua hari ia tidak memberi kabar pada Jung Hana.

Ponsel yang berada disaku ia ambil dan hidupkan, ada banyak pesan dan panggilan masuk dari Jung Hana yang tidak ia tanggapi, atau— sengaja tidak ditanggapi. Anggaplah ia pria bodoh dan suka menyakiti wanita, tapi sungguh, Jungkook tidak bermaksud seperti itu. Keadaan yang memaksa semua berjalan seperti ini.

Pemberitahuan notifikasi dari grup chat BTS dan pesan dari Jimin membuat Jungkook ingin mengumpat. Mengabaikan rasa lelah karena perjalanan jauh membuat siapapun tahu jika pesan yang ia dapati amat penting.

Jungkook mengendarai mobilnya membelah jalanan Seoul yang ramai pada siang menjelang sore hari, tujuannya adalah kantor agensinya. Sesampai kantor, Jungkook menanyakan dimana Hyung-nya berada dan ruangan artis adalah jawabannya.

Pintu yang ia buka membuat semua atensi tertuju pada Jungkook, Jimin sebagai orang pertama yang menyambutnya. "Duduklah," Ujar pria bermarga Park itu. Kemudian Jimin memberikan satu dokumen yang didapatinya dari staff wanita beberapa saat yang lalu.

"Aku juga tidak tahu apa yang terjadi, tetapi sepertinya langkahmu kali ini sangat salah Jungkook. Keputusan yang kau ambil satu tahun yang lalu adalah salah."

Jungkook meremas dokumen itu, tidak peduli dengan bentuknya yang sudah hancur ditangannya, ia menyenderkan tubuh pada sofa dan memijit batang hidungnya pelan.

"Mungkin ini alasan Hana terus menelponku." Ujarnya. Jimin tahu selama mereka di Arab Saudi, Jungkook mengabaikan Jung Hana.

Lagi pula, mengapa Jungkook berpacaran jika ia bahkan suka saja tidak?

"Sebelum lebih jauh lagi, kau putuskan hubunganmu dengannya."

"Hyung gila?!"

Jimin tahu ia gila, tapi Jungkook akan lebih gila lagi jika ia terus mempertahankan hubungannya.

"Jungkook, ia dan Hana noona jelas orang yang berbeda. Kau tidak bisa terus menutup matamu." []

tbc

•••

gaktau nih msh ada yang nunggu ini cerita update atau enggak karna udah hampir setahun kayanya gak update apa-apa 🫠

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 20, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Gym (Body Goals, Noona) - [M]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang