50. Pertemuan (2) {REVISI}

251 27 0
                                    

Semalaman Haura tertidur di atas meja belajar milik Arzan. Dan fakta yang harus ia ketahui pagi ini bahwa Arzan tidak pulang ke apartement.

Sekitar jam sembilan Arzan baru kembali ke apartement.

“Gimana keadaan Syakira?,”tanya Haura saat suaminya itu telah duduk di sebelahnya.

“Syakira sempat stres dan kurang makan juga sampai akhirnya dia di larikan ke UGD tapi alhamdulillah sekarang kondisinya mulai stabil,”ucap Arzan.

“Alhamdulillah, kak Arzan gak ada kuliah hari ini?”tanya Haura.

“Gak ada,”ucap Arzan, “Habis dzuhur saya balik ke rumah sakit. Kamu ikut ya,”pintanya.

“Haura?,” Haura menunjuk ke arah dirinya.

“Iya, saya mau kenalin kamu ke Syakira,”Haura hanya diam tak menjawab iya ataupun tidak.

“Kamu udah sarapan?,”tanya Arzan.

“Sudah, tadi Haura beli bubur di depan,”ucapnya. “Kak Adnan belum sarapan emang? Haura belum masak apa-apa atau Haura bikinin nasi goreng aja buat sarapan,”ucap Haura lalu saat ia ingin bangkit dari duduknya Arzan mencegahnya.

“Gak usah,Ra. Saya udah sarapan kok,”ucap Arzan, “Saya lagi mau susu jahe, boleh?”tanya Arzan.

Susu jahe itu minuman favoritnya. Di saat yang lain lebih memilih minuman teh atau kopi laki-laki itu malah lebih memilih susu jahe.

“Boleh, Haura buatin dulu ya,” Arzan mengangguk.

___••___

Sepanjang perjalanan di rumah sakit tangan Haura tak lepas dari genggaman Arzan hingga akhirnya mereka berdiri di sebuah ruangan.

Seseorang membukakan pintu untuk mereka setelah Arzan mengetuknya.

Saat ia tiba dalam ruangan tersebut Haura melihat seorang wanita berkerudung biru muda terbaring di sebuah brankar yang ada dalam ruangan tersebut.

Perempuan itu terlihat begitu manis sekali. Wajahnya terlihat pucat tetapi itu tak menghilangkan kadar kecantikannya.

“Naren,”ucapnya saat suami istri itu tiba dalam ruangan.

“Assalamu'alaikum."

“Wa'alaikumussalam,”balas Syakira dan seorang ibu yang berada di samping brankar Syakira.

Arzan dan Haura mencium punggung tangan seorang perempuan paruh baya yang berada di samping brankar Syakira.

“Sama siapa, ren?,”tanyanya.

“Sama istri saya umi,”ucap Arzan begitu ramah.

“Istri?," suara Syakira terdengar setelah Arzan berucap seperti itu.

“Iya dia istri Naren namanya Haura,”ucap Arzan lalu menengokkan kepalanya ke arah sang istri.

“Sudah lama menikahnya? Kok umi sama abi tidak tau?”tanya umi Syakira.

“Sudah jalan setahun, alhamdulillah. Naren sudah sempat kirim undangan ke pesantren tapi katanya waktu itu umi sekeluarga sudah menetap di Kediri, abi pun katanya hanya sesekali ke bandung,”jelas Arzan.

“Iya saat Syakira masuk SMA sekeluarga pindah ke kediri untuk mengurus pembangunan pesantren disana, tapi saat Syakira di vonis kanker otak stadium empat kami pindah kembali ke bandung,”ucap umi Syakira.

“Umur berapa istrimu, ren?,”tanya umi.

“Delapan belas tahun mi,”ucap Arzan.

“Masyaallah delapan belas tahun. Masih muda banget, ren. Baru lulus sekolah?”tanya umi pada Haura.

“Iya,” Haura membalas pertanyaan itu dengan sopan.

“Kok mau sama Naren? Petakilan gitu anaknya. Dikasih apa sampai mau sama Naren?”tanya umi Syakira.

Haura hanya tersenyum menanggapi pertanyaan itu. Detik berikutnya gelas yang berada di atas nakas jatuh ke bawa.

Ketiga orang tersebut kaget. “Sya, kenapa nak?”tanya umi Syakira.

Syakira menggeleng. “Tidak apa-apa umi. Sya mau minum saja tapi gelasnya jatuh saat sya meraihnya,”ucap Syakira.

“Kenapa gak bilang kalau haus,”ucap umi Syakira. Syakira diam saja lalu ia memandang Haura dan menatap dirinya begitu dalam. Haura tak mengerti maksud dari tatapannya itu tetapi Haura berhasil menangkap wajah sedih dalam ekspresinya itu.

___••___

Sampai ashar tiba mereka masih berada di rumah sakit. Niat nya setelah sholat ashar mereka akan pamit pulang tapi saat ingin berpamitan ada satu hal yang membuat kedua pasangan suami istri itu mengurungkan niat untuk kembali ke rumah.

“Umi Syakira mau makan di suapin sama Naren boleh?,”tanya Syakira.

“Naren mau pulang, Sya. Sama umi saja ya di suapinnya,”ucap umi.

Syakira menggeleng. Ia merajuk begitu saja.

“Naren umi minta tolong sebentar ya. Tolong suapin Syakira, Syakira gak akan makan kalau kamu tidak menyuapinya,”ucap umi Syakira.

“Tapi mi—,” saat Arzan ingin menolak Haura langsung mengelus lengan suaminya. Arzan menoleh menatap istrinya. Haura membalas menatapnya memberi izin lewat isyarat mata itu.

“Ra, kita mau pulang,”ucap Arzan pelan.

“Haura tau tapi kasian kalau sampai mba Syakira gak makan. Dia butuh tenaga,”balas Haura.

Arzan menarik napas panjang lalu ia menghembusnya secara kasar. Ia berjalan mendekat ke arah brankar Syakira. Arzan meraih piring yg berada di atas nakas lalu dengan telaten ia menyuapi Syakira.

Haura memang benar-benar mencari sakit hati sendiri karena mengizinkan suaminya menyuapi perempuan yang notabene merupakan cinta pertama suaminya di masa lalu.

___••___

Mengagumimu Dalam Diam {TERBIT}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang