19 - Hari Penuh Hukuman {REVISI}

650 44 0
                                    

Setelah Haura memarkirkan sepeda milinya, ia langsung mengerjakan hukuman yang di berikan oleh pak Rahmat.

Setelah dari meja pak Rahmat untuk mengambil buku-buku tulis di mejanya, Haura langsung bergegas menuju kelas dua belas Ipa dua.

Dua belas Ipa dua? Di pertengahan jalan dirinya berhenti mendadak ketika mengingat kelas tersebut.

Tunggu-tunggu, bukankah itu kelas yang di tempatkan oleh Arzan dan Zidan. Jadi, dirinya sekarang menuju kesana? Aduh kenapa gak engeh dari tadi.

Terpaksa Haura kembali berjalan menuju kesana walau hati enggan untuk melangkah. Haura tidak mau ya jika hukuman untuknya malah di tambah sama pak Rahmat akibat tidak mengantarkan buku-buku ini.

Tok...tok..tok..

“Assalamu'alaikum,pak,”Haura mengucapkan salam saat berada di depan kelas dua belas Ipa dua.

Pak Rahmat yang memang mengajar di kelas itu langsung membalas salamnya dan menyuruh dirinya untuk masuk.

Dengan langkah pelan-pelan Haura masuk ke dalam kelas itu. Betapa malunya Haura saat semua pandangan mata kakak kelasnya tertuju ke arah dirinya tanpa terkecuali.

“Bukunya kamu letakkan di meja itu aja ya,”ucap pak Rahmat. Haura mengangguk lalu meletakkan buku-buku tersebut di atas meja guru.

“Saya langsung permisi ya pak,”pamit Haura.

“Iya, nanti setelah kamu selesai beresin perpustakaan kamu langsung temuin saya untuk setor hafalan,”ucapnya. Haura mengangguk, “Saya permisi pak. Assalamu'alaikum,”ucap Haura sambil mencium punggung tangan pak Rahmat.

“Wa'alaikumussalam,” Haura langsung buru-buru keluar dari ruang kelas itu. Huh, setidaknya aman walau sedari tadi rasa malu mendominasi dalam diri ini.

Haura langsung menuju ke ruang perpustakaan di lantai dasar. Dari lantai tiga turun lagi ke lantai dasar, benar-benar luar biasa capenya apalagi perutnya belum terisi apa-apa, serasa lemas saja tubuhnya.

Semangat Haura,”gumamnya menyemangati diri sendiri.

Satu jam setengah menjelang istirahat Haura baru selesai membereskan perpustakaan. Haura mendudukkan tubuhnya pada kursi yang ada dalam ruang perpustakaan itu. Keringat sudah mengalir di dahinya sedari tadi. Haura tak menyangka kalau membersihkan perpustakaan seperti ini rasanya.

Haura membuka tasnya. Mengambil bekal yang di beri umi tadi pagi. Haura berniat memakan bekal itu terlebih dahulu sebelum ia kembali ke kelas.

Mengagumimu Dalam Diam {TERBIT}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang