Tujuh hari di rumah duka dan hari ini Arzan harus kembali mencari Haura.
"Umi,abi, Naren harus pamit. Naren harus mencari keberadaan istri Naren,"ucap Arzan pada kedua orang tua Syakira.
"Ren, sebelum pergi Syakira sempat titip ini. Katanya ini untuk istri kamu jika kamu telah berjumpa dengannya. Syakira juga menyampaikan maaf untuk istrimu,"ucap umi sembari menyodorkan sebuah amplop.
Arzan meraih amplop tersebut, "Insyaallah Naren berikan, mi ketika Naren menemukan Haura nanti. Naren langsung pamit ya umi,abi,"
"Hati-hati ya nak. Terimakasih telah menemani Syakira selama sakitnya dan maaf jika kami terus merepotkanmu," Arzan mengangguk sembari mengulum senyum tipis pada abi dari mendiang Syakira.
Abi Syakira langsung memeluk Arzan, "Jangan nyerah cari istrimu, nak. Dia perempuan baik. Perjuangkan dia,"ucap abi berbisik ketika memeluk Arzan. Lelaki itu menganggukkan kepalanya.
"Doakan Naren abi,"ucap Naren.
"Pasti di doakan."
"Naren pamit. Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumussalam."
________________
Sesampainya di bogor Arzan benar-benar mengelilingi satu persatu teman dekat Haura sewaktu Madrasah Aliyah dulu.
Lagi lagi semua benar-benar bungkam tak ada jawaban. Sampai Arzan di ceramahi serta diomeli oleh Keira ketika datang ke rumah perempuan itu.
Tapi semua nihil tak ada jawaban. Dipaksa berkali-kali pun Keira tetap tidak mau memberitahu keberadaan Haura.
Dan akhirnya Arzan memutuskan untuk kembali datang ke rumah orang tua Haura.
Pintu yang semula di buka tetapi di paksa untuk di tutup kembali saat mengetahui bahwa Arzan yang mengetuknya.
"Abi, Arzan mohon izinin Arzan bertemu Haura,"ucap Arzan sembari menahan pintu agar tidak tertutup kembali.
"Tidak ada Haura disini. Pergilah,"balas abi.
"Abi, Arzan mohon Arzan mau memperbaiki semuanya," pinta Arzan.
Abi tak menjawab. Ia benar-benar menutup pintu kembali saat Arzan lengah menahannya.
"Haura, saya mohon keluar kalau kamu ada di dalam. Saya salah, saya minta maaf Ra,"teriak kak Arzan dari luar rumah.
_______________
Sampai malam hari Arzan terus berdiri di depan rumah mertuanya. Menyandar di mobil sambil menatap ke arah kamar Haura yang memang terletak di lantai dua.
Arzan merasakan air hujan yang menetes mengenai tubuhnya. Malam ini sepertinya cuaca tidak bagus tapi Arzan tetap berdiri disana.
Sampai akhirnya hujan begitu deras mengguyur kota hujan serta dirinya itu. Arzan sama sekali tidak beranjak dari sana.
"Haura, keluarlah jika kamu ada di dalam. Saya akan tetap tunggu kamu disini sampai kamu keluar,"teriak Arzan.
Umi datang dari dalam rumah dengan membawa payung.
"Arzan, masuk nak. Kamu bisa sakit hujan-hujanan gini. Ini hujannya deras sekali,"ucap umi ketika dihadapan menantunya itu. Suaranya beradu dengan air hujan yang turun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengagumimu Dalam Diam {TERBIT}
Teen FictionJika kata tak mampu mengungkapkan sebuah rasa maka doa lah yang menjadi jalan tempuh untuk mengungkapkan semuanya. Mengadukan namamu pada Sang Maha Cinta di sepertiga malam milikNya adalah cara terbaikku dalam mengagumi salah satu makhluk ciptaanNya...