8 - Ditolong Arzan [REVISI]

832 53 1
                                    

Setelah rapat Osis yang diadakan secara mendadak kemarin, kini Haura dan teman-temannya yang lain benar-benar berkutat dalam ruangan yang menjadi organisasi pilihannya itu.

Hasil dari rapat kemarin adalah dimana Haura dan anggota Osis yang baru harus mulai belajar untuk menghandle acara-acara seperti ini padahal kinerja mereka baru akan dimulai bulan januari nanti, tapi mereka semua harus mulai belajar dari sekarang.

Seperti saat ini misalnya, Haura yang menjadi sekretaris satu dan Nina yang menjadi sekretaris dua sedang sibuk mencatat hasil perlombaan yang telah ada di bantu oleh kak Dhira sebagai kakak kelas kami yang sudah lebih dulu menjadi sekretaris Osis.

Haura yang baru pertama kali berkecimpung di dunia organisasi seperti ini awalnya agak sedikit keteteran tapi lama-lama Haura faham dan mulai bisa.

"Ini dilanjutin nanti aja. Kalian mending Istirahat dulu sana, kita juga bakal santai ngerjainnya karena udah hampir kelar juga,"ucap kak Dhira.

"Iya kak," Haura dan Nina dengan kompak membalas ucapan kakak kelasnya itu.

"Aku keluar dulu ya, mau ke kantin. Kalian mau ikut bareng gak?"tanyanya.

"Ikut dong kak,"ucap Nina sembari tersenyum.

"Ayo, Haura mau ikut?."

"Nanti aku nyusul aja kak,"ucap Haura tak lupa juga dengan senyuman yang terukir di wajahnya.

"Ok kalau gitu. Ayo Nin,"ucapnya pada Nina. Nina berdiri dari duduknya lalu menepuk bahu Haura pelan. "Duluan ya,"ucap Nina, Haura mengangguk.

Setelah itu mereka berdua keluar dari ruangan Osis tersebut. Ternyata serem juga di ruang Osis sendiri walau suara di luar ramai dengan para siswa-siswi yang mendadak jadi suporter untuk kelasnya masing-masing.

Haura bergegas membereskan kertas-kertas yang berisi catatan Class Meeting itu yang berantakan di atas meja. Ketika semuanya selesai Haura langsung buru-buru keluar dari ruangan tersebut.

Baru saja Haura ingin menutup pintu ruang Osis tapi terhenti ketika dirinya melihat tali sepatu yang ia kenakan tak terikat dengan baik.

Haura merundukkan tubuhnya untuk mengikat tali sepatu itu. Saat Haura telah selesai dan ingin berdiri suara teriakan terdengar.

"HAURA, AWAS!!."

Haura yang notabene tidak terlalu peka maksud dari panggilan itu langsung membalikkan badan. Haura melihat sebuah bola basket mengarah ke arahnya dengan cukup kencang. Haura benar-benar lemot dalam ke adaan seperti ini dan bodohnya bukan menyingkir Haura malah menutupi wajahnya dengan tangan.

Di balik tangan yang menutupi wajahnya di situ pula Haura tengah memejamkan mata harap-harap bola itu tidak sampai mengenai dirinya.

Setelah tak ada sama sekali benda bulat itu mengenai dirinya Haura langsung menurunkan tangannya dan membuka matanya. Sepertinya dugaan Haura salah, bola itu memang tidak mengenainya tapi mengenai seorang laki-laki yang tengah berada tak jauh di depannya dia menolong Haura saat ini.

"Kak Arzan?"ucap Haura ragu. Dia hanya diam tak menatap Haura. Kami menjadi pusat perhatian saat itu juga.

"Zan, lo gapapa?"tanya seorang laki-laki yang baru saja memberhentikan langkahnya di dekat mereka.

"Gapapa,"ucapnya datar, sangat kelewat datar.

Ini bisa dibilang ketiga kalinya Haura mendengar suaranya, pertama saat ada perlombaan di sebuah sekolah yang dimana dirinya, kak Arzan, serta kak Vita-salah satu anggota Rohis diutus untuk mewakili suatu perlombaan, kedua saat di parkiran sekolah waktu itu,dan yang ketiga hari ini.

Seingat Haura saat pertama kali dirinya mendengar suara laki-laki itu dia tak sedatar ini ketika berbicara tapi kenapa sekarang kenapa bisa kaya gini? Sekalipun sama temannya sendiri kah? Entahlah.

"Tangan kak Arzan memar," Haura berujar ketika melihat tangan kanan kak Arzan sekilas. kak Arzan melihat ke arah tangannya yang cukup merah itu.

Bagaimana tidak merah coba lemparan bola tadi cukup kencang, mungkin kalau kena pada Haura dirinya akan pingsan. Lagi siapa si yang melempar bola sekencang itu? Kenapa juga harus nyasar kesini lemparannya, apa lapangan itu kurang luas?.

"Sakit banget pasti" gumam Haura dalam hati. Haura meringis melihatnya.

"Obatin dulu,kak,"ucap Haura dengan wajah yang tertunduk. Haura merasa bersalah karena telah membuat tangannya seperti itu. Dia tak menggubris ucapan itu dan malah berlalu pergi dari hadapan Haura.

"Arzan, tungguin oy,"teriak teman kak Arzan yang Haura tak tahu siapa namanya. Setelah itu dia pergi menyusul kak Arzan.

Tapi sebelum teman kak Arzan itu pergi, dia sempat berbicara pada Haura, "Maafin teman gue ya, anaknya gitu emang suka main asal pergi aja. Lo tenang aja nanti gue bujuk dia buat ke UKS untuk obatin tangannya,"ucapnya. Lalu setelah itu dia benar-benar pergi dari hadapan Haura.

🌸

Sepulang sekolah Haura langsung masuk ke dalam kamar. Fikirannya masih tertuju pada tangan kak Arzan yang luka akibatnya. Merasa bersalah itu sudah pasti ada tapi Haura bingung untuk berbuat apa. Meminta maaf dan mengucap terimakasih pun rasanya tadi belum sama sekali karena dia sudah berlalu begitu saja.

Saat fikirannya tengah bergelayut kemana-mana, tiba-tiba suara notifikasi berbunyi dari handphone miliknya yang berada di meja belajar. Haura berjalan ke arah sana lalu meraih handphone itu.

Banyak sekali pesan yang masuk ke dalam room chat. Mulai dari Group kelas, Group Osis sampai chat dari Keira.

Haura membuka chat Keira terlebih dahulu baru Haura akan membaca obrolan apa saja yang di bahas dalam group-group yang ada.

Haura terkejut saat membaca pesan dari Keira tersebut. Bagaimana tidak? Keira mengabarkan bahwa Syahla masuk ke rumah sakit akibat terkena DBD.

Tanpa fikir panjang Haura langsung menghubungi Keira untuk menanyakan kebenaran kabar tersebut.

Sambungan telfon terhubung setelah beberapa detik menunggu.

"Kei, beneran Syahla masuk rumah sakit?,"tanya Haura selepas ia mengucap salam.

"Iya, aku juga kaget pas lihat group rohis di situ lagi ngomongin Syahla yang masuk rumah sakit,"ucap Keira dari seberang sana.

"Mau jenguk hari ini?."

"Besok aja, ra. Hari ini aku ada nemenin nyokap ke rumah temennya."

"Owh ok deh. Nanti kabar-kabarin aja ya."

Keira mengiyakan. Setelah tak ada obrolan apapun lagi sambungan telfon itu akhirnya di matikan.

🌸

Mengagumimu Dalam Diam {TERBIT}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang