49. Pertemuan (1) {REVISI}

282 30 1
                                    

“Assalamu'alaikum,”ucap Arzan sembari masuk ke dalam apartement.

“Haura,” Arzan memanggil istrinya saat ia tak mendengar jawaban dari salam yang ia ucapkan.

Tak ada sahutan apapun, kemana perginya perginya perempuan itu?. Kaki Arzan semakin menyusuri lebih dalam apartementnya. Ia tersenyum ketika menemukan Haura yang tengah sibuk di dapur dengan alat-alat masak.

“Sibuk banget, masak apa si?”tanya Arzan sembari melingkarkan tangannya pada pinggang Haura.

Haura yang tengah memotong wortel terperanjat kaget sampai pisau yang ada di tangannya menyayat sedikit ibu jarinya.

Haura meringis dan langsung melepaskan pisau yang ada di genggamannya.

Tadinya ingin bermanja-manja, Arzan harus melepaskan pelukannya pada tubuh Haura saat mendengar Haura meringis.

Arzan langsung meraih tangan sang istri yang tergores pisau, “Ya Allah Ra, maafin saya,”ucap Arzan lalu ia mendekatkan ibu jari Haura ke mulutnya.

“Gapapa kak, luka nya kecil kok,”ucap Haura.

“Walaupun lukanya kecil tapi kalo gak di obatin bisa infeksi. Kamu tunggu bentar saya ambil obat merah sama plester dulu,” ucap Arzan lalu berlalu dari hadapan Haura.

Haura hanya bisa tersenyum tipis melihatnya. Arzan selalu berhasil membuat Haura jatuh cinta berkali-kali pada dirinya.

Tak berapa lama Arzan membawa apa yang ia bilang tadi. Dengan begitu teliti dan hati-hati laki-laki itu mengobati tangannya yang terluka.

“Perih kak,”Haura meringis saat Arzan memberi obat merah pada luka di ibu jarinya.

“Tahan sedikit ya, gak papa perih, nanti langsung sembuh,”ucap Arzan.

“Beres,”Arzan berucap setelah selesai menutup luka di ibu jari Haura dengan plester.

“Terima kasih,”ucap Haura lalu tersenyum simpul pada Arzan.

“Sama-sama, maafin saya ya, Gara-gara kelakuan saya tadi kamu jadi luka,”ucapnya.

“Bukan salah kak Arzan,kok. Namanya musibah gak ada yang tau,kak,” Arzan mengusap lembut kepala Haura sembari tersenyum.

“Kak Arzan bersih-bersih dulu sana. Haura udah siapin baju kakak di atas tempat tidur. Kalau kak Arzan mau mandi pakai air hangat di kamar mandi udah Haura siapin juga,”ucap Haura.

Masyaallah istri saya ini semuanya udah di siapin,” Arzan takjub sendiri dengan istrinya itu.

“Udah kewajiban kak,”balas Haura.

“Tapi mau disini dulu boleh ya? Saya lagi pengen banget meluk kamu,”ucap Arzan, mode manjanya mulai.

“Mandi dulu, kak. Haura juga mau lanjut masak ini, kalau kakak disini malah makanannya gosong nanti,”ucap Haura.

“Gapapa makan makanan gosong deh Ra, asal sama kamu makannya,”ucap Arzan.

Ish dia malah ngegombal. “Ih kak Arzan kok malah ngegombal. Udah mandi sana,”ucap Haura lagi sambil mendorong pelan tubuhnya.

“Baiklah tuan putri, tapi sehabis saya mandi saya boleh sepuasnya meluk kamu ya,"Haura memberikan anggukan pada ucapan Arzan itu.

“Saya mandi dulu,”ucap Arzan lagi setelah itu ia melangkahkan kakinya menuju kamar.

Haura yang melihatnya hanya bisa tersenyum dan geleng-geleng kepala.

___••___

Haura meletakkan sebuah kemoceng di atas meja belajar milik Arzan.

Sehabis pulang sholat isya dari masjid dan selesai makan malam Arzan izin untuk ke kamar karena ada tugas kuliah yang harus ia selesaikan.

Mengagumimu Dalam Diam {TERBIT}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang