53.Kamu Kuat,Ra {REVISI}

380 38 3
                                    

“Kamu mau saya menerimanya kan? Baik saya akan terima. Saya sudah terima permintaan itu,”ucap Arzan.

Beberapa hari ini hubungan Haura dengannya sedikit tak membaik. Haura yang sok kuat ini terus menerus memaksa dirinya untuk menerima permintaan umi dan abi mba Syakira.

“Pernikahan diadakan di rumah sakit minggu depan. Kamu puas sekarang?”tanyanya.

Haura hanya diam. Hatinya menjerit menahan tangis. Haura yang dari kemarin terus memaksanya sekarang ia harus menanggung resikonya.

Sebentar lagi, kapal itu akan mempunyai dua penumpang. Nakhoda itu akan mempunyai dua pelabuhan. "Ikhlas,Haura. Ini permintaanmu padanya."

“Terimakasih,kak,”Haura berucap sembari menampakkan sebuah senyuman. Entah akan ia sebut apa senyuman ini. Haura terlalu munafik.

_______________

Kabar tentang Arzan yang akan menikah lagi sudah terdengar ke telinga keluarga besar.

Haura sudah tau jawabannya. Keluarga besar tidak akan setuju dengan itu semua tapi dirinya berusaha meyakini mereka.

Abah pun sempat marah kepada anaknya sendiri. Ummah juga tak terima dengan keputusan yang Haura buat begitu juga dengan umi. Abi? Haura tau abi marah dengan keputusannya tapi abi sepertinya percaya bahwa sang putri tak akan mengambil keputusan tanpa pertimbangan.

“Kapan pernikahannya diadakan?,”abi bersuara kali ini.

Haura dan Arzan memang memutuskan untuk berangkat ke bogor kemarin untuk bertemu keluarga besar membahas masalah ini.

“Lusa,bi,”ucap Arzan

Ummah yang berada di sebelah Haura terus mengenggam erat tangan menantunya seakan memberikan menantunya itu kekuatan lewat genggaman tangan itu.

“Nak, apa benar-benar kamu ikhlas dengan ini semua? Mempunyai madu itu tak mudah nak,”ucap ummah.

Haura tersenyum tipis pada ummah, “Insyaallah Haura ikhlas, umma gak perlu khawatir. Umma doakan saja ya," ucap Haura.

“Haura hanya minta ridhoi kak Adnan untuk melakukan semua ini,”Haura berucap di hadapan keluarga besar.

“Arzan, abi tak minta banyak. Semua keputusan sudah kalian buat. Haura pun sudah mengizinkan. Abi hanya berpesan berlaku adillah untuk semuanya. Abi tak akan segan membawa Haura kembali pada abi jika abi melihat Haura terus menderita karena ini,”ucap abi dengan tenang tapi mendalam.

_________________

Hari itu akhirnya tiba. Dengan sekuat hati Haura menguatkan perasaannya.

Hari ini Ia melihat Arzan memakai pakaian pengantin kembali. Baju putih dan celana dengan warna senada membalut tubuhnya.

Laki-laki itu tak pernah berubah. Arzan selalu tampan. Haura meraih peci putih yang ada di meja rias.

“Haura yang pakaikan,”Haura memakaikan peci itu di kepala samg suami lalu tersenyum menatapnya.

“Suamiku selalu tampan,”Arzan meraih kedua tangan istrinya, “Ra, apapun yang akan terjadi nantinya atau ada masalah apapun di depan nanti yang mungkin tanpa sadar saya lakukan. Katakan pada saya agar saya bisa menginstrospeksi diri saya sendiri. Dan saya mohon, jangan pernah tinggalkan saya apapun itu masalahnya,”ucap Arzan lalu ia membawa kedua tangan Haura itu mendekat ke bibirnya, mencium tangan dengan mata yang terpejam.

Insyaallah,kak,”ucap Haura

Haura lalu berhambur masuk ke dalam pelukan suaminya. Sebentar lagi laki-laki dalam dekapannya ini tak lagi utuh miliknya sendiri. Haura harus ikhlas dan dirinya harus kuat.

_______________

“Bismillah,”ucap Haura lalu mengelus lengan Arzan saat tiba di depan pintu ruang rawat Syakira.

Semua sudah rapi. Ruang rawat inap sudah di tata sedemikian rupa. Akad sederhana tapi membuat hati seorang perempuan sesak menatapnya. Perempuan itu hanya bisa menguatkan dirinya sekarang.

Tangan yang dulu menjabat tangan abi kini menjabat tangan ayah dari perempuan lain.

Kata sah terdengar di dalam ruangan itu. Hati Haura seakan remuk tapi ia harus ikhlas.

Haura menyerah. Bukan, bukan menyerah dalam hubungan. Haura menyerah ketika melihat Arzan mencium kening Syakira. Hatinya sakit,sangat.

“Ikhlas,Ra. Kamu perempuan kuat. Bukannya ini keputusan yang kamu buat?. Ikhlaslah.”

Haura memutuskan keluar dari ruangan itu tanpa sepengetahuan siapapun. Setiba di depan ruangan ia terkejut saat mendapatkan Rendra, Aisyah, Raja, dan juga Keira ada disana.

“Ra,”panggil kak Aisyah. Haura menutup pintu ruangan itu lalu langsung memeluk tubuh Aisyah.

Pertahanannya runtuh. Haura menangis sejadi-sejadinya dalam pelukan kakak iparnya itu.

“Keluarkan semuanya kalau itu bisa buat kamu lega,”ucap Aisyah sembari mengelus punggung Haura.

“Bodoh kamu Ra, kenapa ngizinin suami kamu menikah lagi? Kamu menyakiti hati kamu sendiri,”Raja benar-benar kesal dengan sepupunya satu ini.

“Ja,”Rendra yang tengah menggendong Humeyra—anaknya, memberitahu dengan isyarat agar tidak meluapkan sekarang.

“Kamu perempuan kuat,Ra. Aku percaya kamu bisa melewatinya,”ucap Keira ikut menguatkan Haura.

Detik itu, dalam pelukan Aisyah kepalanya seakan berputar dan Haura tak ingat apapun setelahnya selain kak Aisyah yang memanggil-manggil namanya sebelum semua menggelap begitu saja.

“Haura pingsan.”

__________________

Selesai juga part ini. Gimana suka gak? Tapi ini beneran serius nanya. Cerita ini nyambung sama alur atau justru malah berantakan?

Maafin banget kalau alur ceritanya masih gak jelas dan masih kesana-kesini. Aku masih amatiran dan masih harus banyak belajar lagi dalam kepenulisan.

Aku ucapin juga makasih yang udah mau baca cerita ini. Terimakasih:). sampai berjumpa di part selanjutnya.

Mengagumimu Dalam Diam {TERBIT}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang