11 - Malam Minggu [REVISI]

734 62 0
                                    

Malam minggu biasanya Haura hanya berdiam diri di dalam kamar sambil membaca buku-buku sejarah Islam, tapi malam minggu kali ini ia ditemani oleh kedua kakaknya berjalan-jalan keliling kota bogor. Tidak hanya Haura dan kedua kakaknya itu tapi umi dan abi juga malam mingguan berdua menggunakan sepeda motor. 'biar kaya dilan' kata abi sewaktu mereka meminta izin untuk pergi.

"Jalan-jalan doang? Gak mau kemana gitu?"tanya kak Ikram sembari membelokkan stir ke arah kiri. Kak Ikram paling seneng emang kalau udah urusan mengendarai mobil, karena cita-citanya waktu itu ingin menjadi pembalap Formula F1 tapi enggak kesampaian malah belok arah mau jadi orang hukum.

"Alun-alun kota aja. Pasti rame,"ucap Haura memberikan saran.

"Boleh juga, gimana Dra?"tanya kak Ikram pada kak Rendra yang duduk di sebelahnya.

"Ikut aja gue mah,"balas kak Rendra. Kak Ikram langsung melajukan mobil menuju alun-alun kota bogor.

Kak Ikram memarkirkan mobil ketika sudah sampai di tempat yang di tuju. Benar sekali, malam minggu seperti ini alun-alun kota bogor padat dengan orang-orang yang ingin bermalam mingguan.

"Ayo turun,"ucap kak Ikram ketika mobil sudah terparkir sempurna. Mereka langsung keluar dari mobil.

"Orang pacaran semua,"ucap kak Rendra saat melihat keadaan sekitar.

"Namanya juga malam minggu Dra. Udah biasa, pasti banyak ABG labil yang pacaran," kak Ikram menyahut.

"Haura, perlu di gandeng gak tangannya,"tanya kak Ikram pada adik perempuannya itu.

Haura mengernyit, "Gandeng? Gak mau. Dikira Haura anak kecil kali di gandeng," Haura menolak mentah-mentah ajakan kak Ikram.

"Ya siapa tau mau. Takutnya iri kan ngeliatin tangan orang banyak yang gandengan,"ucapnya lagi.

"Iri? Ngapain banget iri sama orang yang pegangan tangan terus tau-taunya belum halal. Bukan Haura banget iri sama yang begituan,"ucap Haura.

"Ada peningkatan ternyata adik nya kak Rendra. Gak sia-sia umi sama abi nyekolahin kamu di Madrasah ya,"ucap kak Rendra sambil mengusap kepala Haura. Haura tersenyum mendengarnya.

"Kamu kalau sama kak Rendra bisa baik banget gitu ya. Coba kalau sama kak Ikram ngomel-ngomel mulu kaya ema-ema. Ada dendam kesumat apa si kamu sama kakak?"tanya kak Faisal. Haura mengedikkan bahu.

"Jangan debat disini. Ayo, katanya mau malam mingguan kok malah jadi debat,"ucap kak Rendra menengahi.

"Ayo kak,"ucap Haura sambil menarik tangan kak Rendra.

"Bocah belgedes. Tadi katanya gak mau gandengan, itu tangan Rendra di gandeng-gandeng. Adiknya siapa kali yang modelan begitu,"ucap kak Ikram ketika melihat dua orang itu pergi terlebih dahulu dari hadapannya.

"Tungguin woy,"teriaknya. Kak Ikram berlari mengejar dua orang itu.

"Parah banget kalian berdua main tinggalin seenaknya aja,"ucap kak Ikram ketika berada di dekat Haura dan kak Rendra. Nafasnya memburu, mungkin karena dia berlari padahal Haura dan kak Rendra berjalan santai.

Haura terkekeh melihatnya, "Duduk dulu sana kaya abis di kejar-kejar warga aja si,"ucap Haura. Kak Ikram celingak-celinguk mencari tempat duduk dan pas sekali ada tempat duduk kosong yang tak jauh dari tempat kami berdiri.

Mengagumimu Dalam Diam {TERBIT}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang