5 - Ujian Semester [REVISI]

908 59 1
                                    

Ujian semester ganjil mulai diadakan hari ini. Bahasa Arab menjadi pembuka ujian mereka.

Detik demi detik berlalu, menit demi menit berlaju, dan jam demi jam berganti waktu sampai akhirnya suara bel berbunyi pertanda ulangan untuk mata pelajaran pertama telah usai.

Lembar soal yang telah berisi jawaban itu kini kembali di kumpulkan kepada guru pengawas.

Setelah semua lembar soal itu terkumpul, para murid di persilakan untuk istirahat terlebih dahulu sebelum menempuh mata pelajaran yang akan di ujikan berikutnya.

"Kantin yuk, aku butuh tenaga extra nih buat ngisi matematika nanti. Kenapa si matematika harus bergabung terus dengan Bahasa Arab? Gak tau apa ya kepala aku tèh udah pusing gini," ucap Syahla ketika berada di perbatasan tempat duduk antara Haura dan Keira.

"Sabar, terima aja apa yang ada. Masih mendingkan Bahasa Arab sama matematika, coba Matematika sama Faraidh baru mantep namanya. Bikin otak kebakar,"ucap Keira.

"Iya juga ya. Udah ah ayok ke kantin mau menyegarkan otak dengan es teh bude Cece sama mau menambah energi dengan batagornya kang Erdi,"ucap Syahla.

"Makan mulu. Udah belajar matematika belum?"tanya Keira.

"Udah dong. Gini-gini aku juga rajin belajar dan pintar menabung kakak,"ucap Syahla gaya bicaranya bak anak kecil.

"Udah hayu buru ih. Mau ke kantin gak?,"tanyanya lagi.

"Mau Hatuh, ayo,"ucap Keira lalu bangkit dari duduknya. "Mau ikut gak, ra?"tanya Keira pada Haura yang masih berdiam diri di kursinya.

"Ikut, tapi aku gak ikut kalian ke kantin ya, aku mau ke perpus sebentar,"ucap Haura sembari memasukan alat tulis ke kotak pensil.

"Gak bisa banget jauh-jauh dari perpus ya anak satu ini kalau ulangan. Seneng banget ngapelin buku-buku di perpus kayanya,"ucap Keira. Haura hanya tersenyum menanggapi ucapannya.

"Ish ayo lah. Lami pisan maraneuh iue, keburu bel bunyi masuk ini,"ucap Syahla tak sabaran.

"Ya Allah nih anak satu, sabar dong,"ucap Keira dengan nada sedikit gregetan. "Ayo-ayo."

Haura, Keira, dan Syahla akhirnya keluar dari kelas. Lalu Mereka berjalan menuruni anak tangga dan berpisah setelah turun dari tangga. Keira dan Syahla menuju kantin sedangkan Haura sendiri menuju ruang perpustakaan yang berada tak jauh dari ruang Tata Usaha di lantai dasar.

Sesampainya Haura di depan ruang perpustakaan, ia langsung membuka pintu kayu berawarna coklat itu.

"Astagfirullah," Haura terlonjak kaget sesaat setelah membuka pintu berwarna coklat itu. Bukan hantu yang Haura lihat tapi orang yang tak Haura fikirkan akan berada disini juga. Malu sangat rasanya. Cepat-cepat Haura menundukkan kepalanya ia tak berani untuk sekedar menatapnya barang sedetik pun. "Maaf kak maaf,"ucap Haura dengan rasa tak enak hati.

Dia hanya diam tak merespon apa-apa. Ketika langkah kakinya berjalan maju Haura menggeser tubuhnya. Dia berjalan keluar dari perpustakaan itu tanpa sepatah Katapun. Haura kembali mendongakkan kepala, lalu menatap punggungnya yang kian menjauh dari pandangannya.

"Marah gak si dia aku istighfar kaya gitu? Mana di depannya lagi, kaya ngelihat hantu aja ish. "Malu-maluin banget kamu,ra,"gumam Haura sendiri merutuki perbuatannya barusan.

Saat memasuki ruang perpustakaan, rasa malu itu masih menjalar di seluruh bagian tubuh.

Minggu kemarin motornya tak sengaja ia tabrak karena dirinya yang tak memperhatikan belakang ketika memundurkan sepeda, dan sekarang? Haura beristighfar seperti bertemu dengan hantu. Memalukan sekali.

🌸

Hari berlalu begitu cepat bak laju pesawat terbang. Tak terasa hari ini adalah hari terakhir para murid ujian semester ganjil.

"Semoga aja nilainya bagus-bagus semua,"ucap Syahla.

Haura dan Keira mengamini ucapan itu dengan semangat. "Eh btw hari ini aku sama Syahla gak usah ke rumah kamu kan?"tanya Keira.

"Gak usah, kalian refresh otak aja dulu, minggu depan Insyallah kita baru mulai berbagi lagi,"ucap Haura.

"Ok deh,"ucap Keira.

"Kei, Ra, aku duluan ya. Udah di jemput tuh,"ucap Syahla sembari mengarahkan pandangannya ke arah mobil yang baru saja tiba.

"Ok, hati-hati di jalan ya,"ucap Haura. Dia mengangguk sembari tersenyum.

"Hati-hati La, pulang ke rumah sendiri ya jangan nyasar ke rumah mertua,"ucap Keira.

"Rumah mertua? Ngaco anjeun mah,"ucap Syahla, Haura dan Keira terkekeh dibuatnya.

"Udah ah aku duluan, Assalamu'alaikum,"ucap Syahla mengakhiri semuanya. Haura dan Keira menjawab salam itu dengan kompak.

🌸

"Assalamu'alaikum,"ucap Haura sembari melajukan sepeda memasuki halaman rumah.

Ikram yang tengah berada di teras rumah menjawab salam adik perempuannya itu

"Baru pulang,ra?," Haura mengangguk menjawab pertanyaan itu.

Kakak Haura yang satu ini benar-benar tiba di indonesia kemarin tepatnya jam empat sore. Kemarin ketika tiba di rumah dia mulai merusuh, bercerita perjalanannya dari Istanbul menuju Indonesia yang harus menempuh sekitar dua belas jam lebih yang harus Haura dengar berulang kali setiap dia balik ke sini. Seperti tak ada cerita lain saja yang bisa di ceritakannya selain itu.

"Iya, mau berangkat sholat jum'at, kak?"tanya Haura saat melihat kakak keduanya itu sudah rapi dengan pakaian koko beserta sarung dan tak lupa juga peci yang sudah bertengger di kepalanya.

Dia mengangguk, "Owh iya ra, kak Ikram mau tanya deh, nanti malem mau ada siapa si ke rumah?,"tanyanya kepo.

"Ada orang,"ucap Haura ketika selesai menstandarkan sepedanya.

"Ya kakak tau kalau yang mau dateng ke rumah tuh orang, tapi siapa namanya?"tanyanya lagi.

"Nanti juga tau, udah sana ke masjid, Haura mau masuk dulu,"ucap Haura sembari berjalan melewatinya.

Ikram menatap adiknya itu dengan tatapan menyelidik dan yang di tatap tidak peduli malah tetap berjalan masuk.

"Haura?"panggilnya ketika Haura ingin membuka pintu. Haura memutar kepala melihatnya kembali.

Ikram menunjuk matanya dengan jari telunjuk dan jari tengahnya lalu di arahkan kepada adiknya itu sambil menyipitkan matanya. Melihat itu Haura meledeknya sambil bergegas masuk ke dalam rumah. Untung saja sendal Ikram tak melayang menghantam wajah Haura.

🌸

Mengagumimu Dalam Diam {TERBIT}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang