"Za, lo gapapa?"
"Gue bukan pembunuh, gue bukan pembunuh" gumam aza tanpa menjawab pertanyaan rayen.
"Apa dia trauma?" Batin rayen. Lalu rayen menangkup wajah aza dengan kedua tangan nya "aza, lo baik baik aja kan?" Tanya rayen lagi.
Sontak aza langsung mendongak agar dapat melihat wajah rayen, aza mulai sadar, ia melepaskan tangan rayen dari wajah nya "gue gapapa" jawab aza.
"Makasih udah bantuan gue"
"Hm,.. tapi perlu lo tau, gue bantu lo cuman karena gue kasian!! Lebih baik gue liat lo di penjara daripada di bully sama temen sma" jelas rayen, sedetik setelah nya rayen langsung pergi meninggalkan aza yang tidak bisa berkata kata.
"Ray" panggil aza kepada rayen yang baru berjalan beberapa langkah saja.
"Kenapa?" Jawab rayen tanpa membalikkan tubuh nya menghadap aza.
"Apa lo udah gak cinta lagi sama gue?"
Rayen tidak langsung menjawab pertanyaan yang di lontarkan oleh aza, ia diam beberapa detik untuk berpikir "gue masih cinta sama elo za, tapi gue berusaha buat hilangkan rasa cinta ini" jawab rayen yang masih terlihat ragu ragu.
~Renggang~
Satu bulan berlalu dengan begitu cepat. Hari hari aza selalu mendapatkan penghinaan, orang orang di sekitar nya sangat membenci nya, rayen mulai menjauhi nya, bahkan ayah kandung nya sendiri tidak menganggap aza ada.
Aza masih menunggu datang nya pelangi setelah hujan yang sangat deras, bahkan ia tidak yakin kalau pelangi nya akan benar benar datang dengan membawa kembali semua kebahagianan yang hilang.
"Pa, aza mohon kali ini aja pa, aza mohon dengerin penjelasan aza pa"
Dengan linangan air mata yang tidak henti henti mengalir, aza terus menerus memohon agar sang ayah mendengarkan penjelasan dari nya.
"Jangan ganggu saya!! Pergi kamu!!"
"Pa, aura udah sangat berhasil yak? Dia udah buat hubungan kita jadi renggang pa" ucap aza yang membuat aditi sedikit emosi.
"JAGA OMONGAN KAMU AZA!!" teriak aditi yang hampir menampar aza, namun terhenti karena teriakan aza.
"INGAT MAMA PA!! Apa papa lupa sama janji papa ke mama? Bukan nya papa udah janji ke mama kalau papa bakal jagain aza? Tapi mana bukti nya pa, manaa? Nyata nya papa itu nggak nganggep aza ada pa, papa cuman perhatian dan sayang sama aura aura dan aura hiks" jelas aza dengan menangis histeris.
Aditi sedikit merasa bersalah, ia mulai mengingat janji yang ia ucapkan kepada istri nya dulu. Dengan gampang nya ia melupakan amanah terakhir istri nya.
"Aza-"
Aditi hampir saja ingin mengusap pucuk kepala anak nya, namun suara benda pacah dan berjatuhan membuat aditi kaget, ia langsung berlari ke arah suara itu, namun aza memilih diam di tempat.
"Kamar aura" gumam aditi yang berlalu masuk ke dalam kamar aura dengan perasaan khawatir.
"Aura ada apa sayang?" Tanya aditi dengan panik saat melihat isi kamar aura yang sudah sangat berantakan.
Sontak aura langsung menyembunyikan tangan nya ke belakang, aditi yang melihat itu langsung mendekati sang anak.
"Apa yang terjadi? Apa yang kamu sembunyikan di belakang itu?"
"Ee nggak ada pa"
"Aura, kamu jangan takut. Ayo tunjukkan pada papa"
Dengan perlahan aura mengeluarkan sebuah gumpalan kertas dari tangan nya, betapa kaget nya aditi saat membaca isi kertas yang di tulis dengan warna merah seperti darah, mungkin juga kalau itu benar benar darah.
'Gue akan buat hidup elo menderita, lo akan mati aura!! Kalau lo tidak menderita, jangan panggil gue aza hanendra'
"Pa, aura takut pa hiks hiks. aura nggak mau mati hiks" isak aura yang menampilkan mimik wajah yang ketakutan.
Sedangkan aditi masih sedikit tidak percaya dengan apa yang ia lihat dan baca, kemudian aditi mendekap hangat tubuh aura beberapa menit untuk menenangkan nya.
"Kamu jangan khawatir, biar papa yang urus ini semua" ucap aditi yang melerai pelukan nya.
Kemudian aditi langsung berjalan keluar kamar yang di ikuti oleh aura di belakang nya, aditi berhenti di depan aura yang duduk di sofa milik ibu nya.
Aza yang melihat sang ayah di depan nya langsung berdiri dari duduk nya, ia mengernyitkan dahi nya heran karena aditi menatap nya dengan penuh amarah.
"Kenapa pa.."
PLAKK!!
Belum selesai aza bertanya, ia langsung mendapat tamparan yang keras dari aditi. Dengan tangan yang memegangi wajah nya, secara perlahan dan hati hati aza menatap wajah sang ayah.
"Ada apa pa?"
"Gak usah pura pura gak tau kamu!!"
Aza menjadi semakin heran "apa aza ada salah?" Tanya nya lagi karena masih bingung.
"Mungkin kamu terlalu banyak membuat masalah sampai lupa dengan apa yang kamu lakukan kepada aura" singgung nya.
Perlahan aura berjalan mendekati aza dan aditi, ia menatap anak dan ayah itu secara bergantian, lalu beralih lagi menatap lekat aza dengan wajah ketakutan "kak aza, aura mohon jangan teror aura lagi hiks hiks,.. aura salah apa sama kak aza hiks" isak aura secara tiba tiba.
Drama queen.
"hahh teror elo? Gue liat muka lo aja mau muntah, gimana mau neror elo?" Ucap aza yang membuat aditi naik pitam. aura pun begitu, namun ia menahan emosi nya karena ada aditi.
"Saya sudah muak sama sikap kamu aza" ucap sang ayah dengan penuh emosi.
Lalu aditi berjalan ke arah pojok ruangan yang berada tak jauh dari ruang tamu, saat kembali aditi membawa sebuah tongkat kayu yang cukup panjang.
"Papa mau apa pa?"
Aditi melayangkan tongkat itu ke tubuh aza secara berkali kali, sang empu terus menerus menangis dan memohon agar sang ayah menghentikan aksi nya, namun aditi sama sekali tidak menghiraukan ucapan sang anak.
Aura tersenyum puas saat melihat adegan di depan nya, ia duduk di sofa yang ada di belakang nya dan terus menerus menatap aditi dan aza.
"Beruntung gue liat aza sama papa aditi pas bicara tadi. kalau nggak, bisa bisa mereka udah baikan" batin aura seraya tersenyum miring.
Aditi mulai berhenti menghantam aza, ia melemparkan tongkat itu kesembarang tempat.
"Pa, apa papa sadar dengan apa yang papa lakukan sama aza?" Lirih aza yang menahan sakit di sekujur tubuh nya.
"Tentu saja. Saya sudah tidak tahan dengan sikap kamu" jawab aditi yang berlalu pergi menyisakan aza dan aura yang duduk santai di sofa.
"Gue suka hari ini. Ini bakal jadi sejarah di hidup gue" ucap aura dengan angkuh.
Aza tidak menghiraukan ucapan aura, ia langsung berlari ke kamar nya dan mengunci pintu kamar nya. Aza berjalan memasuki kamar mandi, dengan pakaian yang masih melekat di tubuh nya, ia menenggelamkan diri nya di bathtub yang cukup besar.
"Gue udah nggak tahan, kalau gue mati itu akan jauh lebih baik" lirih nya dengan air mata yang mengalir.
"Ratu gue datang"
○○○○
●typo bertebarann
●WAJIBB FOLLOW KALAU SUKAA CERITA NYA
●BINTANG NYA JANGAN SAMPAI KELUPAAN
●KOMEN NYA JUGA DONGGG
Temukan instagram saya di @naddXrf.23 okee🤗
Bantu follow yakk
KAMU SEDANG MEMBACA
Renggang-[End]
Teen Fiction📌[Follow dulu, baru baca!] "Sekarang gue mau nanya!! Lo mau hubungan kita berhenti sampai di sini atau di terusin?" Tanya aza yang sudah lelah menghadapi kenyataan. "Za gue cinta sama lo!! Gue gamau putus sama lo" sahut rayen dengan penuh penekanan...