Bagian 9

52 15 0
                                    

Tanpa aba-aba apapun orang itu justru menarik pergelangan tangan Kelly ke tepi jalan. Antara kesal, kasian, ingin marah menjadi satu dalam dirinya.

Kelly yang tersadar pun langsung terkejut dan sakit saat ia rasakan beberapa kerikil di jalan menancap di kakinya.

"Aish, pelan-pelan dong!" pintanya dengan menarik pergelangan tangan.

Kelly berhenti, ia duduk di tengah jalan melihat kakinya yang terasa perih.

"Aw ..."

"Makanya hati-hati, pakek mata kalo jalan," ucap orang itu yang tidak lain adalah Yoga.

Kelly memutar bola matanya malas, "mana ada orang jalan pakek mata?"

"Ga! Lo hati-hati dong kalo narik tangan cewek, dikira hewan peliharaan kasar banget Lo jadi cowok, pantes aja nggak ada yang mau!" olok temannya yang sedang berdiri di warung kopi.

Kelly menoleh, "ini dimana emang?"

"Makanya kalo tidur tuh di kamar lo, bukan malah jalan. Bego di pelihara."

"Eh mau kemana?"

"Pulang!"

Sedangkan para teman Yoga tertawa melihat aksi Yoga dengan Kelly. Jarang memang Yoga marah-marah dengan perempuan, jangankan marah, dekat saja rasanya malas.

Namun kali ini, mereka melihat dengan kedua mata mereka sendiri, temannya yang dulu malas untuk dekat dekat cewek, kini mulai terlihat. Mungkin.

•••

Kelly berjalan ke arah kamarnya dengan menggerutu. Sesekali ia melihat ke arah pintu depan, yang dimana masih ada Yoga di ambang pintu rumahnya.

"Katanya nggak suka sama aku, tapi deketin terus. Dasar jantan!"

Kelly membanting pintu kamarnya. Setelah membersihkan diri, ia segera berlari dan melemparkan tubuhnya ke atas kasur.

Sangat nyaman. Namun, saat dirinya akan memasuki mimpi, terdengar suara pintu kamarnya di gedor sangat keras.

Kelly membuka matanya, ia sangat kesal.

"Siapa sih!"

"Nih, minum teh," kata Yoga sambil menyodorkan segelas teh hangat kepada Kelly.

"Aku lagi nggak haus," jawab Kelly.

Yoga menghela napas, "seenggaknya lo hargai dong buatan orang!" tungkasnya sedikit ngegas.

"Emang kamu orang? Emang kamu pernah ngehargain orang? Berapa?" pertanyaan Kelly justru membuat Yoga murka. Ia membanting gelas itu ke lantai.

"Pecahin aja gelasnya, semua kalo bisa." Kata Kelly dengan santainya.

Sedangkan Yoga memilih pergi ke arah ruang makan. Ia duduk di kursi, menelungkupkan kepalanya ke meja.

Sedangkan di sisi lain, Kelly membanting pintu, berbalik dan menyandarkan punggungnya ke pintu.

Badannya kini bergetar hebat, ia ketakutan. Takut dengan suara gelas pecah, takut dengan keadaan saat ini.

"Aku nggak pernah minta orang buat nemenin aku, sekarang aku lebih suka sendiri. Kecuali sama kamu, Yo."

•••

Hari sudah mulai pagi. Kelly yang memang masa bodo dengan kehadiran Yoga di rumahnya. Meskipun berkali-kali Yoga mengajaknya berbicara, duduk di sampingnya, namun sesegera mungkin Kelly pergi.

Malas rasanya ingin berbicara dengan orang jika memang tidak penting. Kelly tidak peduli Yoga tidak pulang, Yoga tidur di rumahnya, Yoga mau apa di rumahnya, terserah saja. Ia sudah lelah.

Mulai hari ini, ia akan fokus dengan tujuannya. Mencari sahabat masa kecilnya.

"Hei, kita ketemu lagi." Sapa orang itu dengan tersenyum.

Sedangkan Kelly hanya mengangguk.

Kelly yang sudah berbelanja pun langsung keluar dari supermarket, ia melihat ke kiri dan ke kanan untuk menyebrang jalan.

"Mari aku antar sampai seberang,"

Tanpa persetujuan darinya, sosok cowok itu menggandeng tangan Kelly dengan sebelah tangannya menenteng kresek belanja.

"Terimakasih."

"Iya. Sama-sama." Ucapnya dengan senyum.

"Yoyo!"

•••

𝐘𝐨𝐮 ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang