Mulai hari ini adalah hari libur semester ganjil. Maka, dua Minggu ke depan Kelly akan benar-benar ada di rumahnya. Untuk saat ini, mungkin dia akan libur tidak di bully oleh geng Luna.
Tapi, tetap saja seperti kemarin-kemarin, Yoga masih berdiam diri di rumahnya.
"Kenapa nggak tau malu banget, sih. Kenapa nggak pulang ke rumah kamu aja? Kamu nggak sungkan sama aku atau tetangga aku?" tanya Kelly.
Yoga membenarkan posisi duduknya di sebelah Kelly. "Gue? Sungkan? Sama siapa? Tetangga? Lo?" katanya dengan tawa.
"Ingat ya Kelly, gue ini disini di ..."
"Di, apa?" tanya Kelly penasaran, pasalnya Yoga menggantung penjelasannya.
Hanya membuang-buang waktu baginya, Kelly menatap jam dinding di rumahnya.
"Udah jam setengah sembilan, aku mau siap-siap dulu," katanya yang kemudian pergi meninggalkan Yoga.
"Mau kemana?" tanya Yoga penasaran.
"Bukan urusan kamu." Jawab Kelly tidak peduli.
Setelah berkutat di dalam kamarnya, kini Kelly sudah keluar dengan celana hitam panjang, sepasang sepatu kets putih dan tidak lupa tas punggung kecil yang berisikan ponsel.
"Mau kemana lo?" tanya Yoga, lagi.
"Mau keluar bentaran doang, jagain rumah ya." Ejek Kelly.
Saat Kelly keluar dari pintu rumahnya, Yoga mengintip dari arah jendela. Terlihat, seseorang dengan mobil berwarna hitam yang sedang menunggu Kelly disana.
"Siapa, sih dia ... Sepenting itu?"
•••
"Ini minum dulu," ucap Yolan dengan memberikan sebotol air kepada Kelly.
"Makasi," jawabnya dengan tersenyum.
Hari ini Kelly di ajak keluar dengan Yolan. Mengelilingi kota, bermain ke pantai dan yang terakhir adalah bermain di taman.
Sederhana, namun mampu membuat Kelly kagum dengan semua itu.
"Kamu kemaren itu di bully, ya?" tanya Yolan tanpa basa-basi.
Kelly tersenyum kecut dan mengangguk kecil, "iya."
Yolan tersenyum, "nggak papa, aku dulu masih SMP sering di bully sama temen, nggak usah di anggap ada aja, kalau menurut kamu mereka ngerendahin orang tua baru kamu bisa mengambil tindakan, kalau kamu di pukul mereka laporin aja sama guru,"
"Tapi, aku nggak berani," kata Kelly menundukkan kepalanya.
"Kenapa? Selama kamu tidak bersalah jangan pernah merasa takut,"
Kelly menggelengkan kepalanya, "aku nggak seberani itu, Yo." Jawab Kelly.
"Yo?"
"Nama kamu Yolan, 'kan?"
"Kamu panggil aku, Yo?"
"Terus siapa? Lan? Alan? Kalau Yolan kepanjangan, Yo aja. Tapi, mirip sama Nana." Kata Kelly dengan tersenyum.
"Nggak masalah, kok. Aku kesini cuma mau bilang, kalau lusa aku mau pindah ke New York."
"Kenapa?"
Lihat, ini adalah alasan Kelly kenapa ia malas sekali dengan dengan seorang cowok. Pertama, ia takut untuk di bohongi, kedua ia takut dengan cowok akrab ke semua orang dan yang ketiga ia takut di tinggal saat lagi sayang-sayangnya.
Seperti saat ini, terlalu cepat mungkin bagi orang lain namun, inilah Kelly dirinya yang jarang bergaul hingga terlalu lunak hatinya luluh dengan orang.
"Ngomong-ngomong, kamu kenapa panggil aku ,Yo?" bukannya menjawab pertanyaan Kelly yang tadi, Yolan justru bertanya balik kepada Kelly.
"Maksud kamu?"
"Maksud aku, kenapa kamu panggil aku Yo? Aku tau kamu nggak ada niatan ngikutin Nana." jelas Yolan.
Kelly tersenyum, ia teringat kembali dengan seseorang.
" Dulu, aku itu anaknya ceria, sebelum mama papa aku pergi. Saat aku nggak mau makan seharian, obatnya cuma satu, kakak laki-laki aku. Satu lagi, dulu saat bermain di taman aku hanya mau bermain dengan sahabat aku, namanya Yoyo." Jelas Kelly.
"Yoyo? Tidak masuk akal sekali nama orang Yoyo, mungkin itu hanya nama panggilan, apa kamu tau nama dia siapa?" tanya Yolan penasaran.
Kelly menggeleng pelan, "nggak, aku cuma manggil dia Yoyo, Mama yang ngajarin. Kenapa?"
"Nama sahabat mu seperti nama teman sekolah ku dulu, Yang setiap hari kerjanya membully." Jelas Yolan sambil meneguk air minumnya.
"Benarkah?"
•••
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐘𝐨𝐮 ✓
Teen FictionSiapa sangka gadis yang masih remaja harus hidup seorang diri. Menelan mentah-mentah pahitnya cobaan dan kehidupan seorang diri. Berkali-kali ia jatuh, berkali-kali ia bangun, seorang diri tanpa ada yang menemani. Sahabat yang ada di masa lalunya ma...