Bagian 19

45 12 11
                                    

Pagi ini Kelly bangun terlalu siang, karena ngantuk semalam sangat berat. Saat membuka tirai jendela kamarnya biasanya banyak ibu-ibu yang berlalu lalang di depan untuk berbelanja. Namun, hari ini sudah tidak ada lagi.

Kelly berjalan kearah meja belajar, ia melihat jam disana. Benar saja, ternyata dirinya yang sudah terlalu lama tidur.

Dengan malas, Kelly berjalan ke arah kamar mandi yang ada di dalam kamarnya. Meregangkan otot saat akan mandi.

Mulai sedari bayi sampai saat ini Kelly selalu mandi dengan air hangat saat pagi.

Setelah beberapa menit sudah melakukan ritual mandi dan berganti baju, gadis berambut pendek seleher itu berjalan ke arah laci yang ada di kamarnya.

Sebuah boneka Barbie dengan gaun berwarna biru. Kelly tersenyum, kapan waktu akan mempertemukan dirinya dengan sahabat kecilnya.

"Semoga dalam waktu dekat ini kita bisa bertemu, Yo."

•••

Kelly keluar dari dalam kamarnya menuruni anak tangga satu demi satu. Pandangan kali ini ada yang berbeda, sangat berbeda dari sebelumnya.

Tv yang biasanya selalu menyala kini sudah mati, bantal sofa dan bungkus snack yang biasanya berceceran menjadi satu kini sudah bersih dan rapih.

Ada rasa senang dan sedih dalam hatinya saat mengetahui Yoga yang ia benci pergi dari rumahnya. Mungkin perihal kemarin.

Berkali-kali Kelly mencoba menghubungi Yoga namun nihil, cowok itu tidak mengaktifkan nomornya.

Sekolah masih dalam masa libur, tidak mungkin juga Kelly ke sekolah. Sedangkan rumah Yoga, jangankan rumahnya alamatnya saja ia tidak tahu.

Kelly mondar mandir di depan tv, dengan perasaan gusar, dengan hati yang sakit, ada apa dengan dirinya ini? Ia sangat membenci orang itu tapi kenapa hatinya selalu ingin membawanya mencari keberadaan Yoga?

"Astaga ..." keluhnya dengan napas panjang.

•••
D

entingan suara ponsel miliknya membuat Kelly menoleh dengan cepat. Ia lelah untuk hari ini. Seharian ini Kelly mencari Yoga. Hanya mencari ke sekolahnya yang nyatanya kosong tidak ada orang satu pun dan ke warung kopi waktu itu.

Saat membuka pesan di ponselnya, Kelly di kejutkan dengan nomor tida di kenal itu. Terlihat satu kalimat namun memaksa menurutnya.

+6283----
   Temui gue nanti jam tujuh malem, wajib. Nanti gue kirimin alamatnya.

"Gue?" gumam Kelly dalam hati. Apa itu Yoga? Jika memang itu Yoga, kenapa tidak mengirimkan pesan dengan nomornya sendiri?

Ia bimbang, tidak datang takut pesan itu dari Yoga, jika datang takut dirinya di culik.

Masa bodoh ia memilih memikirkan itu nanti. Perutnya sangat lapar sekarang. Ia menuruni anak tangga dan menuju ke dapur.

Saat akan minum ingatannya kini kembali tertuju kepada Yoga. Kelly terdiam, tatapannya kosong. Pikirannya saat ini adalah momen ketika ia dengan Yoga makan.

Andai saja waktu itu ia memilih mendengarkan pertanyaan Yoga dan tidak menuruti semua keegoisannya mungkin saat ini laki-laki itu masih makan bersama dengannya.

"Kamu dimana sih Yoga, pakek acara ngilang segala, di telfon mana nggak aktif nomornya," gerutu Kelly.

Eh, ada apa? Terserah Yoga kalau dia mau pergi. Tapi, kenapa dirinya justru gusar begini?

"Apa aku suka sama dia?"

•••

𝐘𝐨𝐮 ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang