Bagian 16

43 14 0
                                    

Malam itu hujan turun begitu deras dengan petir yang berdatangan setiap detiknya. Di tambah lagi, lampu mati saat itu.

Kelly yang sudah berada di dalam kamarnya dengan baju yang sudah basah kuyup, ia menangis lagi, tanpa suara. Sakit, ia tahu tapi mau gimana lagi, ternyata orang luar yang selama ini tinggal di rumahnya, yang sudah ia anggap seperti sahabatnya sendiri, walaupun ia benci Kelly berusaha menghilangkan rasa benci itu. Namun, saat dirinya benar-benar ingin merubah semuanya, Yoga justru meruntuhkan niatnya.

Serendah itukah dirinya di mata orang lain? Segampang itukah orang lain menilai dirinya?

"Kel, Kel, tolong keluar!" teriak Yoga dari arah depan pintu kamar Kelly.

Sudah setengah jam yang lalu Yoga masih berada di depan pintu kamarnya. Menggedor pintu kamar Kelly, berharap gadis berambut pendek itu keluar dari dalam kamarnya.

"Gue minta maaf, Kel. Gue nggak ada maksud ..."

"Apa? Kamu bilang nggak ada maksud, setelah kamu ngehina aku, ngerendahin aku kamu masih bilang nggak ada maksud? Aku benci kamu Yoga!" teriak Kelly dari dalam kamarnya.

Yoga gusar, ia mondar mandir di depan kamar Kelly sesekali ia mengacak-acak rambutnya yang basah karena air hujan.

Sungguh, ia tidak ada niatan untuk berkata seperti itu, ia juga tidak ada niatan menyakiti hati Kelly.

"Kel, gue minta maaf, gue nggak sengaja, apa gue ... Cemburu?" ucapnya lirih.

Yoga yang bingung sendiri, ia uring-uringan dengan perasaannya, seperti di buat mainan dengan semua ini. Apakah dia cemburu? Apakah dia suka dengan Kelly? Cemburu? Tidak. Ia tidak pantas memiliki rasa cemburu itu, ia tahu dirinya ini bukan siapa-siapa. Hanya orang yang tidak di undang lalu ingi mengacak-acak kehidupan Kelly.

"Kel ... Gue mohon, tolong keluar,"

•••

Pagi sudah tiba. Kelly bangun dari tempat tidurnya, mencuci wajahnya, sesekali ia melihat wajahnya ke arah kaca. Sembab. Semalaman Kelly menangis gara-gara Yoga, tidak penting memang namun mengingatkan dirinya kepada keluarga.

Setelah mencuci wajahnya Kelly segera mandi. Hari terkahir untuk bertemu Yolan. Setelah berganti baju, sesekali ia melihat ponselnya yang terdapat beberapa foto dirinya dan Yolan kemarin.

Tidak ada niatan ke dapur untuk memasak atau sarapan. Kelly segera turun ke bawah, meskipun Yolan sudah pasti belum datang.

"Mau kemana, Kel?" tanya seseorang Yangs sedang duduk di sofa.

Yoga. Kelly kira setelah kejadian semalam Yoga akan pulang ke rumahnya dan tidak akan kembali lagi ke rumahnya. Tapi, pemikirannya salah. Cowok itu justru bertanya dengan nada lembut kepadanya.

Kelly menggelengkan kepalanya, "alih-alih biar dapat maaf dari aku, kamu tanya dengan nada selembut itu?"

"Tadi malem kamu yang ngoreksi diri aku, licik. Buktinya, sekarang siapa yang lebih licik?" lanjut Kelly.

Bukannya marah dengan perkataan Kelly, Yoga justru mengejar Kelly yang sudah keluar dari dalam rumah.

"Lo mau kemana?" tanya Yoga yang sudah dapat mencengkal pergelangan tangan Kelly.

"Bukan urusan kamu." Katanya yang kemudian langsung pergi.

•••

"Tumben telfon aku duluan?"

Kelly menggeleng dengan senyum di bibirnya, "nggak ada. Ngomong-ngomong kita mau kemana hari ini?" tanya Kelly mengalihkan pembicaraan.

Yolan nampak berfikir sejenak, mencari tempat yang tepat untuk mereka kunjungi hari ini. "Gimana kalau kita ke pantai aja?" tanya Yolan meminta pendapat.

Kelly mengangguk pelan, dengan senyum canggung. "Boleh."

"Nanti aku mau ngomong sesuatu sama kamu, sebelum aku pergi ke New York besok," ucap Yolan.

"Iya. Aku juga mau ngomong sesuatu sama kamu,"

"Apa memangnya?" tanya Yolan penasaran.

"Nanti saja."

•••

𝐘𝐨𝐮 ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang