Bagian 18

48 12 0
                                    

Saat ini Yolan sudah berada di depan rumah Kelly. Saat di dalam mobil tadi, mereka hanya diam. Kelly yang biasanya bertanya sesuatu ia malah bungkam.

"Aku harap, kamu bisa bertemu dengan orang yang tepat, Kel." Ucap Yolan.

Kelly mengangguk dengan senyum, "semoga," katanya.

"Hubungi aku jika kamu rindu," satu kalimat dari Yolan itu mampu membuat Kelly tersadar dari lamunan.

"Yo, kamu sudah punya orang," kata Kelly dengan tertawa paksa.

"Aku tau, aku pulang dulu, sampai jumpa," kata Yolan. Untuk yang terakhir kalinya dia mengusap kepala Kelly.

"Selamat tinggal," kata Kelly bergumam.

Kelly berjalan masuk ke dalam perkara gan rumahnya dengan guntai. Malas, menyesal karena hari ini bertemu dengan Yolan.

Tapi, mau bagaimana lagi, tidak mungkin juga dia memaksa Yolan untuk mencintai dirinya.

"Key, lo dari mana?" sapa Yoga yang sudah berdiri di ambang pintu dengan raut wajah girang.

Kelly malas untuk meladeni, ia menerobos pundak Yoga, melemparkan tasnya ke sembarang arah dan pergi ke dapur untuk minum.

Kelly terdiam, ia melamun. Selama dekat dengan Yolan, ia mulai mengikhlaskan semua yang hilang dari dalam hidupnya. Namun, hari ini apakah akan kembali lagi?

Saat mobil Yolan sudah tidak terlihat lagi, Kelly berjalan menuju rumahnya. Seperti biasa, keadaan pintu terbuka.

"Key, darimana?" tanya Yoga.

"Key?" batin Kelly. Mungkin ia salah dengar. "Dari keluar sama orang." Jawabnya judes.

"Siapa?" tanya Yoga lagi.

Kelly menoleh, sudah capek, hatinya sakit, pikirannya penuh, kepalanya ingin pecah, spesies satu ini malah menimpali pertanyaan yang sangat malas ia jawab.

"Bukan urusan kamu."

"Kel, gue udah ketemu sama sahabat kecil gue," kata Yoga dengan perasaan gembira.

Saat sampai di tangga nomor empat Kelly berhenti, ia menoleh ke arah Yoga yang sedang berbicara. "Bagus dong, setelah itu kamu pergi dari rumah ini, nggak ganggu aku lagi, ya ... Semua orang akan pergi," katanya meninggalkan Yoga dengan wajah bingung.

Yoga tidak ambil diam, ia memilih mengejar Kelly ke arah kamarnya. Namun, Yoga terlambat Kelly sudah mengunci pintu kamarnya terlebih dahulu.

"Kel, gue tunggu lo di luar, ya!" kata Yoga sedikit mengeraskan suaranya. Berharap Kelly mendengar.

•••
M

alam sudah semakin larut, Kelly terbangun dari tidurnya saat sang perut berbunyi minta makan.

Dengan rasa malas ia berjalan ke arah pintu kamar, menuruni anak tangga dengan menguap. Entahlah, hari ini dia sangatlah ngantuk.

Saat sampai di dapur, Kelly mengambil beberapa makanan siap saji. Ia menghangatkan makanan agar nyaman untuk di makan. Dengan mata yang sangat lengket dan memejamkan mata, Kelly memasukkan beberapa suap makanan ke dalam mulutnya.

"Astaga, kenapa ngantuk sekali," katanya.

"Kel, lo bangun?" pertanyaan dengan satu kalimat itu mampu membuat mata Kelly terbuka dan mampu membuat badan Kelly duduk dengan tegak. Ya, siapa lagi kalau bukan Yoga.

"Mau apa?" tanya Kelly.

Namun, selang beberapa detik tak ada satu kata yang keluar dari mulut Yoga. Saat dilihat sedang memikirkan sesuatu. Mungkin jawaban untuk pertanyaan yang Kelly tanyakan (?)

"Jangan ganggu aku makan, aku lapar, jangan sampai aku tidak nafsu melihat kamu,"

"Gue tunggu di depan tv aja, ya?"

"Mau apa emang, aku ngantuk banget hari ini,"

"Bentar aja, Kel."

"Ga usah egois jadi cowok."

Yoga menghela napasnya, "oke. Gue tau lo masih marah sama gue, kapan-kapan aja gue ngomongnya."

Yoga membalikkan badannya, ia berniat ingin tidur, meskipun sudah sedari tadi sore ia menunggu Kelly keluar dari kamarnya, rasanya sia-sia.

"Mau ngomong apa?"

"Ga penting."

•••

𝐘𝐨𝐮 ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang