Bagian 13

42 13 0
                                    

"di depan itu rumahnya." Kata Kelly.

Sebuah mobil berwarna hitam berhenti di depan rumah Kelly. Saat turun,Kelly melihat ke arah pintu rumahnya, terbuka. Pasti ada anak itu lagi.

"Mampir dulu?" tanya Kelly menawari.

Yolan tampak menimbang-nimbang sesekali ia melihat ke arah rumah Kelly.

"Lain kali aja, deh. Sebenernya pengen sih mampir, cuma aku masih ada urusan penting." Kata Yolan.

Kelly tersenyum sekilas, "oke."

Setelah mobil hitam Yolan pergi, menjauh dari rumahnya, Kelly berbalik dan menuju ke dalam rumah. Sedangkan pintu rumahnya seperti biasa, akan terbuka lebar-lebar meskipun dia sudah menguncinya.

Entahlah dari mana orang gila di dalam rumahnya ini ambil kunci.

"Kenapa pulang? Di antar siapa?" seperti seorang ibu, Yoga justru menimpali Kelly dengan pertanyaannya.

"Kamu nggak liat baju aku basah gini?" kata Kelly kembali bertanya.

"Emangnya kenapa?"

"Gara-gara kamu lah," jawab Kelly sambil melemparkan tasnya ke atas sofa.

Yoga yang tadinya berbaring sambil menonton tv, kini ia berdiri menghampiri Kelly.

"Gara-gara gue? Kok bisa?"

Dengan entengnya Yoga bertanya seperti itu kepada Kelly, "kok bisa kamu bilang? Coba aja kamu nggak ada di dalam lingkungan aku, aku nggak bakalan tiap hari di bully sama gengnya Luna, coba aja kamu punya perasaan sedikit aja bisa ngertiin aku, menjauh dari aku, mungkin aku nggak bakal basah kuyup seperti sekarang ini." Jelas Kelly.

"Nggak bisa, gue nggak bisa menjauh begitu aja dong,"

"Emangnya kenapa?"

"Ada sesuatu yang harus gue cari,"

"Dan kamu melibatkan aku? Terus kalo sesuatu yang kamu cari udah ketemu kamu ninggalin aku begitu aja?!" emosi Kelly.

Ia menggelengkan kepalanya tidak percaya, "emang nggak pantes ya aku emosi kayak gini sama kamu, cuma kamu harusnya ngerti aku ini bukan barang yang seenak jidat kamu buang kalo kamu udah nggak butuh lagi,"

"Gue nggak gitu,"

"Omong kosong!"

•••

"Bodoh ... Bodoh ... Bodoh ..." Kelly berkali-kali memukul kepalanya, setelah apa yang sudah ia katakan kepada Yoga tadi.

"Ngapain ya aku ngomong gitu sama dia, hak dia juga kan, cuma gimana ya, masak iya aku di jadiin pelampiasan," katanya berbicara sendiri.

Setelah diam beberapa saat dan bertarung dengan pikirannya sendiri, terdengar suara ketukan dari arah pintu kamarnya.

Tanpa izin dari sang pemilik kamar, Yoga langsung masuk ke dalam kamar Kelly.

"Nggak sopan banget, sih,"

"Kan udah ketuk pintu," jawab Yoga enteng.

Tanpa banyak bicara, Yoga membanting tubuhnya ke atas ranjang Kelly, dimana masih ada Kelly di sampingnya yang masih duduk dengan kedua tangannya yang memegang selimut untuk menutupi tubuhnya.

"Eh, pergi nggak!"

Yoga diam, ia enggan untuk menjawab. Rasanya nyaman sekali tidur di kasur, sepertinya sudah lama sekali ia tidak tidur senyaman ini.

"Enak ya tidur di kasur, makanya pulang!"

Yoga membuka matanya, ia menoleh ke samping.

"Bobok sama gue, yuk,"

Kelly melotot, ia menampar pipi Yoga, "ih, apaan sih, jangan macem-macem ya,"

"Gue bakal macem-macem setelah lo nampar pipi mulus gue!"

"Makanya kalau ngomong itu di jaga kenapa, sih!"  Kata Kelly sedikit berteriak.

"Pipi lo merah, lo grogi? Lo suka sama gue?"

•••

𝐘𝐨𝐮 ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang