Saat selesai makan, terdengar suara bel rumahnya berbunyi. Ia tidak berharap lebih, itu pasti bukan Yoga, kalau pun itu Yoga pasti tidak akan menekan bel rumah.
Saat membuka pintu, nihil. Tidak ada seorang pun berdiri di depan pintu rumahnya. Namun, sebuah kotak berwarna silver polos itu mampu membuat Kelly bertanya, berarti orang itu pasti ada di sekitar rumahnya.
Kelly tidak berniat mengambil kotak itu, ia takut jika itu adalah sebuah teror dari Luna. Ia lebih memilih berjalan pelan mengelilingi depan rumahnya, saat sampai di samping rumahnya, tanaman bonsai milik orang tuanya itu kini tertempel kertas dengan tulisan.
"AMBIL DAN BAWA KOTAKNYA."
Tanpa basa-basi lagi, Kelly berlari ke dalam rumahnya membawa kotak itu dan mengunci pintu rumah. Detak jantungnya berpacu cepat.
Ia takut jika isi kotak ini adalah sesuatu yang membuatnya takut, tapi jika tidak di buka ia akan mati penasaran.
"Oke, tenang ... Tarik napas ... Buang ...."
Dengan hati-hati Kelly membuka kota berwarna silver itu. Sedikit demi sedikit ia membuka matanya yang terpejam.
Namun, saat membuka mata Kelly melempar tutup kotak itu. Ia terkejut dengan isi kotak itu. Sebuah gaun mewah berwarna pink pastel kesukaannya.
"Siapa yang ngirim gaun cantik ini," katanya dengan memeluk gaun itu. Kelly mengambil sebuah kertas yang berada di bawah gaun mewah itu.
"PAKAI UNTUK NANTI MALAM."
"Perintah lagi? Ini aku yang bodoh atau gimana?" katanya. "Ya udahlah, lagian alamatnya juga nggak tau," katanya dengan tersenyum.
Namun, belum 5 detik bibirnya mengucapkan kalimat itu, sebuah dentingan dari ponselnya membuat Kelly menoleh.
Seperti dirinya ini diawasi oleh seseorang di dalam rumahnya sendiri. "Tinggal di rumah sendiri horor ya,"
Sebuah alamat terkirim untuk Kelly. Kelly mendengus, datang atau tidak?
Ia takut jika itu pencuri dan akal menjualnya keluar negara.•••
Jam sudah menunjukkan pukul setengah tujuh malam. Sedangkan Kelly belum selesai dengan riasannya.
Hampir 2 jam ia merias wajah dan rambut namun, lagi-lagi gagal. Terlalu menor, terlalu natural, ia bingung karena memang sebelumnya ia tidak pernah belajar make up atau diajari berdandan oleh orang.
Setelah 30 menit melakukan seyakin mungkin, kini Kelly sudah selesai dengan riasannya. Ia mengambil tas berwarna hitam kecil dari dalam lemarinya.
Saat dirinya menuruni tangga dan akan menuju ke parkir mobil di rumahnya, Terdengar suara klakson mobil dari luar sana.
"Taksi? Perasaan aku nggak mesan taksi," katanya dengan bingung. Hari ini singgung membingungkan.
"Mau culik aku aja ribet banget kayaknya," katanya dengan tertawa miris.
Saat dilihat, seorang pria paruh baya dengan baju seragam warna biru muda itu berjalan menuju tempatnya berdiri.
"Permisi, dengan Mbak Kelly?" tanya pria dengan rambut yang sedikit memutih.
"Iya, saya sendiri pak." Jawab Kelly sopan.
"Mari, Non. Ini sudah pesanan tuan." Jawab supir taksi.
"Tuan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐘𝐨𝐮 ✓
Teen FictionSiapa sangka gadis yang masih remaja harus hidup seorang diri. Menelan mentah-mentah pahitnya cobaan dan kehidupan seorang diri. Berkali-kali ia jatuh, berkali-kali ia bangun, seorang diri tanpa ada yang menemani. Sahabat yang ada di masa lalunya ma...