Sebelumnya, tolong di vote ya.
Entahlah mau bagaimana lagi sekarang. Mentari terbit dari ufuk timur- menyinari Bumi pertiwi yang tengah tidak baik-baik saja. Kemarin adalah sungguh suasana yang mencekam. Nasywa berbaring di atas ranjang rumah sakit. Wanita itu sangat lemas. Tidak hanya Nasywa- Intan pun merasakan hal yang sama.
"AMBULANCE!" teriakan seperti itu, terdengar jelas di telinga nya semua orang, sedari tadi. Di tengah cara yang damai- tiba-tiba saja ada perusak. Bedebah yang seharusnya tidak datang. Menyebalkan sekali.
Kau tahu? Benda itu melesat tepat di perutnya Nasywa, sementara Intan? Ah begini- mari kita kilas balik.
~~~
"Najwa?" Clift menatap Najwa lekat. Wanita itu berpakaian rapi. Bahkan sangat rapi dan anggun. Najwa tersenyum, lalu berjalan mendekati Clift. Wanita itu menatap Clift lekat, dan melambaikan tangannya.
"Hai Clift. Pernikahan yang indah ya?" Najwa tersenyum manis, sementara Clifton hanya bisa tersenyum kikuk. Ya- ini memang benar-benar indah. Sangking indahnya membuat Clifton tidak bisa berhenti tersenyum. Senyuman palsu. Senyuman untuk sang adik yang ia masih cintai sebagai wanita.
"Ya, indah banget."
"Kamu nggak apa-apa Clift? Wajah mu pucat," Najwa hendak menyentuh wajah Clifton, namun ia mengurungkan niatnya. Karena tentu saja Clifton tidak mau di sentuh oleh wanita lain. Wanita yang tidak ada hubungan darah dengannya.
Terkadang seorang mualaf itu lebih alim dari pada orang yang memang terlahir sebagai Muslim. Sering terjadi begitu. Terkadang rasa iri pun muncul karena su mualaf lebih mengetahui banyak ilmu Agama. Karena dia mau belajar. Dia mencari hingga akar-akarnya. Makannya tahu.
"Nggak apa, kok."
"Bohong! Semua orang kantor tau- kalau ini semua tidak benar. Maksud ku ... pernikahan peralihan. Seharusnya kau yang di sana. Tapi kenapa Emmanuel?" Najwa mulai berceloteh, tanpa tahu kebenarannya. Situasi yang di hadapi oleh Clifton dan Nasywa tidak semudah yang ia kira.
"Takdir Allah. Dia kan adik ku. Mana mungkin aku menikahi adik ku sendiri? Kami berdua memang saling mencintai. Tapi cinta itu hanya sebatas adik-kakak. Nggak lebih. Mungkin sakit, tapi Islam melarang kami menikah." Clifton membuat hati Najwa tersayat mendengarnya. Mau bagaimana lagi kan? Aturan tetaplah aturan. Harus tetap di jaga.
"Dulu selogan ku dengan Nasywa itu ... hari Jum'at ke Minggu aja masih ada jarak. Yaitu Sabtu. Tapi sekarang? Sekarang aku berhasil memeluknya tanpa rasa takut. Tapi- dengan dimensi yang berbeda." Najwa terdiam seribu bahasa. Itu menyakitkan, sungguh! Kalau Najwa ada di posisi nya Clifton- mungkin tak akan kuat.
"Percintaan, persahabatan, pertemanan- semua akan berakhir pada masa nya, bukan? Setiap orang ada masa nya. Mungkin sekarang kamu sendirian. Suatu saat pasti akan ada yang mendampingi. Pasti." Najwa tersenyum ke arah Clifton. Manik mereka bertemu, namun Clifton langsung membuang wajahnya.
"Yap. Semua memang akan berakhir. Dulu semasa sekolah menengah- aku punya satu orang yang benar-benar akrab. Kami duduk sebangku. Aku sangat takut kehilangannya," Clifton membuat Najwa mulai penasaran. Sepertinya kisah Clifton di masa sekolah benar-benar menarik ya. Dengarkan saja deh.
"Lalu?"
"Karena dulu aku memang tak punya teman sedekat itu- jadi aku memberinya perhatian lebih. Sangat lebih hingga membuatnya risih. Tak risih sih- hanya aja ... aku merasa tak di hargai. Kau mengerti kan?" Najwa megangguk, mengerti dengan perkataan Clifton.
"Lanjut ..."
"Dia selalu bilang kalau dunia yang ia miliki tak hanya di sekolah. Lagi pula dunia ku juga tak hanya di sekolah. Norak sekali! Cih!" Najwa terkekeh karena wajah Clifton benar-benar lucu. Sangat lucu sekali bahkan. Mungkin dengan cara seperti ini, Clifton bisa melupakan masalahnya sejenak. SEJENAK. Walaupun sejenak tak apa lah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ukhti Girl Love Story
Romance[ T E R B I T ] Cerita ini aku tulis waktu SMP. Tulisan nya gak terlalu bagus. Maklumin ya. Versi Wattpad dan cetak, berbeda ya. (Versi novel lebih rapi PUEBI nya, dan gak bingung.) -Author. Intan, adalah gadis bercadar bahkan suka memakai niqab, d...