(37) Will you marry me ?

5.6K 567 2
                                    

"Dan pasti kami tunjukan pada mereka jalan yang lurus."
QS. An-Nisa : 68

---------------------

"Nas?" Sapa Clifton pada gadis yang tengah menyiram bunga di pagi hari. Kedua orang tua Nasywa sudah di makam kan di tempat yang seharusnya.

Tentu saja awalnya rumah ini benar-benar ramai. Bahkan para sahabat dan teman Nasywa harus sibuk menyiapkan makanan karena di adakan tahlilan selama beberapa hari depan.

Hanya saja Intan tidak hadir pada hari pertama tahlilan karena suaminya yang terkenal dingin dan kejam itu jatuh sakit.

Sinar berwarna orange itu menyapa wajah cantik Nasywa. Kicauan burung menari-nari di gendang telinga semua orang yang mendengarnya.

"Iya?" Nasywa langsung menoleh ke asal suara, mendapati Clifton, gadis itu langsung sedikit menjaga jaraknya pada Clifton.

"Kamu mau menikah dengan ku?" Ucap Clifton to the point. Nasywa yang tengah mmemegang selang langsung menjatuhkan selang tersebut. Ia menatap lekat pria yang ada di hadapannya.

"Nggak, kamu---"

"Aku udah nemuin jati diri aku Nas," Clifton memotong perkataan Nasywa yang sudah ia ketahui apa jawabannya.

"Aku udah mengucapkan syahadat semalam. Dan aku masuk islam bukan karena kamu. Aku masuk islam atas izin Allah yang memberi hidayah pada ku. Dan aku juga jatuh cinta sama kamu. Makannya aku berniat menikahi mu," Clifton membuat Nasywa mati berdiri. Gadis itu shok bukan main. Apakan ini mimpi? Pikir Nasywa. Ia menjatuhkan selang yang ada di genggamannya.

"Kamu nggak mimpi kok," tambah Clifton membuat Nasywa menatapnya lekat dengan tatapan menyala-nyala. "Aku juga nggak cenayang," Clifton benar-benar membuat Nasywa hampir pingsan.

"Kamu-kamu-kamu?" Nasywa mengambil selang dan langsung menyembur Clifton dengan air, membasahi tubuh atletis pria bule itu, yang tertutup oleh kaos putih polos, dan celana pendek di bawah lutut.

Pria itu bukannya menghindar, melainkan membiarkan Nasywa tetap menyemburnya dengan air. Dengan begitu akan mendapat handuk gratis lagi.

Dady Ernesto duduk di balkon dengan secangkir kopi sambil memainkan ponselnya. Pria bule tampan itu tersenyum ketika anaknya berinteraksi dengan Nasywa.

"Semoga kisah cinta mu tak semenyedihkan kisah cinta dady Clift," gumamnya dengan sudut bibir terukir disana. Pria itu meneguk kopinya pelan-pelan, menikmati udara pagi. Biasanya dia akan work-out, namun sekarang tidak dulu. Mau menikmati pagi dengan santai.

"Astagfirullah, maaf. Kamu serius Clift? Allah ya Allah ya Allah ya Allah," Nasywa masih tidak percaya, pasalnya ini adalah sesuatu yang suci dan tidak bisa di permainkan. Suatu keyakinan yang menentukan antara surga dan neraka.

Allah benar-benar menyayangi hambanya yang beriman padanya padahal hambanya sendiri tidak pernah melihatnya. Allah juga benar-benar menyayangi hambanya yang jatuh cinta pada Rasulullah padahal hambanya belum pernah bertemu langsung pada manusia yang paling hebat.

Rasa nya jatuh cinta tanpa bisa memeluk, atau melihatnya adalah titik level yang tinggi. Hanya dengan mendengar namanya saja membuat hati bergetar dan ingin menangis. Ya Rasulullah, umat mu yang tidak pernah bertemu langsung dengan mu begitu mencintai mu dan percaya pada mu sepenuhnya. Tapi pada masa engkau masih hidup, banyak sekali yang mencaci bahkan menghina mu habis-habisan ya Rasulullah. Aku merindukan mu ya Rasulullah.

"Aku serius Nas, aku masih belajar tentang islam, sepertinya aku sudah jatuh cinta pada Allah, tapi aku tak tau apakah Allah mencintai ku balik atau tidak. Allah memiliki orang-orang beriman di sisinya, apakah mungkin Allah mencintai ku, sementara aku saja baru memeluk Islam," Clifton menundukan kepalanya. Rasanya sedih sekali kalau mengingat hal ini. Entahlah, dia merasa menyesal karena kenapa dari dulu saja tidak mendirikan sholat.

Ukhti Girl Love Story Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang