(22) Seperti benalu

10.3K 827 6
                                    

"Manuel, apa yang mereka semua lakukan? Kenapa mereka semua pergi?" Clifton menatap lekat pria yang tengah asyik dengan laptopnya. Yusuf dan Noah pergi menuju lift begitu juga dengan Nailah dan Nuriza.

"Hm? Sepertinya mereka ada kepentingan yang lain, lo sudah menyelesaikan datanya?" Emmanuel menatap manik hazel milik pria yang tak duduk jauh darinya. Pria itu mengangguk dengan cepat.

"Lo udah? Sini kasih ke gue," Clifton membelas. Tentu saja Emmanuel menganggukan kepalanya, pria itu memang gerak cepat kalau sudah menyelesaikan pekerjaannya, tidak ingin di ulur-ulur karena sesuatu pekerjaan yang di lulur akan menjadi malas mengerjakan nantinya, dan berakhir tidak selesai sempurna deh.

Nasywa juga sudah selesai dengan datanya, ia berjalan ke arah dua pria yang tengah asyik berbincang-bincang itu. Sebenarnya masih banyak pekerjaan yang harus di selesaikan, namun pelan-pelan saja yang pentin pasti.

"Clift, data perusahaan, kamu yang menyerahkannya pada Najwa kan?" Nasywa menatap lekat pria itu. Tentu saja Clifton sedikit terkejut. Pria itu menganggukan kepalanya, lalu mengambil kertas yang ada di tangan Nasywa.

"Kamu nggak ikut mereka?" Clifton berdiri tepat di hadapan Nasywa, sedangkan Emmanuel hanya bisa memperhatikan interasksi yang terjadi di antara keduanta.

Nasywa menggelengkan kepalanya dengan lembut. Ia menatap wajah Clifton yang kepalanya tertunduk. Pria itu malah tidak ingin menatap lekat kedua manik mata Nasywa.

"Aku kembali."

"Eh tunggu," Clifton menahannya pergi. Sulit sekali mencari topik pembicaraan pada Nasywa. Gadis itu terlalu bodoh dan tidak peka tentunya.

"Apa lagi?" Nasywa menatap tajam ke arah Clifton yang menggarukan kepalanya tidak mengerti. Baru kali ini pria itu terlihat benar-benar gugup dan semburat merah muncul disana.

"Masalah Intan, kita harus cari kemana?" Ucapnya mendapat beberapa perhatian dari manusia yang ada disana. Selena, Neoma, dan Amaris langsung berdiri mendekati kedua manusia yang tengah bicara itu. Ignatius dan Emmanuel pun sama. Mereka berkerubung membuat Clifton berdecak kesal.

Sepertinya informasi bekerja dengan cepat ya, bahkan para teman-teman Intan sudah tau, ya ini karena Intan memberitahunya melalui via telepon.

"Jadi? Mau kita lakukan penyelidikan dari mana? Carla?" Igantius memberi saran dan langsung mendapat gelengan dari tiga gadis cantik dengan rambut panjangnya. Siapa lagi kalau bukan Selena, Neoma, dan Amaris.

"Presdir pasti sudah menyelidikinya. Intan nggak cerita mendetail, jadi kita susah untuk mencarinya," Selena mendapat anggukan dari semuanya. Intan memang tidak sempat menceritakannya dengan detail karena sang suami juga merengek mulu pada saat tengah teleponan. Memalukan tapi imut.

"Asalamu'alaikum semua," ucap seorang wanita cantik dengan pakaian serba hitam. Dia datang sendirian, tidak bersama sang suami. Semua orang yang tengah berkerubung itu langsung menoleh ke asal suara.

"Intan?" Teriaknya bersamaan. Nasya yang awalnya bengong, langsung berlari kecil menghampiri sang sahabatnya itu. Tentu saja melakukan pelukan kecil.

"Wa'alaikumus salaam," jawab Nasywa, Selena, Amaris, Neoma dan Emmanuel. Semuanya langsung berkerubung di sekitaran Intan.

Suasana kantor benar-benar sepi dan hening. Bahkan kedua sekretaris setia Ivan tidak ada di kursinya. Suara motor dan mobil yang samar terdengar di lantai lima belas itu. Sebenarnya suara itu kecil sekali. Nyaris tak terdengar karena ruangan ini juga kedap suara.

"Eh gadis---maksud gue Intan. Nona Intan?" Selena menelan salivanya ketika mengatakan itu. Tentu saja Intan langsung terkekeh di buatnya. Ayolah, semua teman disini, meskipun Intan adalah istri dari presdir Rizarno group ini.

Ukhti Girl Love Story Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang