(17) Kembali

10.8K 1K 14
                                    

"Sesungguhnya kita dulu adalah kaum yang hina, kemudian Allah memuliakan kita dengan islam. Maka jika mencari kemuliaan selain dari pada-Nya niscaya Allah akan kembali menghinakan kita,"

-Umar bin Khattab-

"Saya bilang tidak, tetap tidak. Saya tidak mau proyek itu mundur. Apapun yang terjadi, akan tetap lanjut," Ivan dengan suara dinginnya berbicara pada semua petinggi. Kini pria itu tengah berada di ruang meeting.

"Tapi Tuan, kenapa anda membangun itu semua?" Tanya seorang dengan nada ketakutan. Semua orang tidak ada yang tahu betul kenapa Ivan membangun rumah Qur'an.

"Pertama, untuk menebus semua kesalahan saya. Kedua, untuk memenuhi wasiat ayah saya, tuan Rizarno," ucap Ivan membuat seisi ruange hening. "Dan terakhir, untuk istri saya juga," tambahnya membuat semua orang membelakan kedua bol amatanya. Apa-apaan itu? Istri? Tidak mungkin. Pikir semua orang.

"Tuan, anda sudah punya istri?" Tanya Najwa, yang ada di ruangan itu. Dia sudah tau dengan rumor ini, namun lebih baik bertanya bukan? Sering kali Najwa dan Lita mendapat wartawan yang ingin mewawancarai Ivan terkait rumor pernikahan ini. Namun pria itu menolaknya dengan mentah-mentah.

Ivan memang benar-benar di incar wartawan. Bahkan di undang ke beberapa acara talk show. Dan hasilnya tetap saja nihil. Sebuah anugrah bagi seorang jika berhasil membujuk Ivan supaya mau wawancara.

"Apa kau belum mendengar rumornya? Semua rumor itu benar. Aku sudah punya istri," Ivan menhucapkan dengan lantang, membuat semua orang terkejut. "Apakah saya harus membuat resepsi pernikahan bersa-besaran supaya kalian semua percaya dengan ku?" Tambahnya membuat semua orang menggeleng secara bersamaan.

Tidak usah tuan Ivan. Nanti saya juga yang repot tau. Tentu saja Lita juga repot, secara kami berdua itu sekretaris mu. Menyebalkan kalau harus mempersiapkan ini dan itu. Namun aku benar-benar penasaran dengan gadis yang menjadi istri presdir ini. Pasti dia cantik. Najwa terhanyut dalam pikirannya sendiri sampai Lita yang berada di sampingnya harus menyenggol lengannya.

"Clifton, apakah kau punya data orang baru itu? Yang memakai niqab, Azzahra," Ivan menatap lekat Clifton. Pria itu ikut meeting dengan beberapa pejabat karena dia adalah salah satu orang penting di perusahaan ini.

Begitu juga dengan Ignatius. Pria itu menatap pria yang ada di sampingnya. Kedua mata mereka seperti mengatakan, bagaimana ini? Semua penyamaran Intan bisa terbuka secara terang-terangan.

"Hey, kenapa kamu melihat Ignatius huh? Apa kau mau menciumnya?" Tambahnya membuat semua orang menahan kekehannya. Semburat merah langsung muncul di wajahnya. Pria itu langsung menggelengkan kepalanya dengan cepat.

Siapa juga yang mau berciuman dengan seorang pria. Hey tuan, kami kami masih normal tau. Pikir Clifton dan Ignatius bersamaan.

"Kenapa anda mau mencari data-data tentang Azzahra tuan?" Clifton berusaha mencari celah supaya Ivan mau membatalkan kata-katanya barusan.

"Tidak apa, dia hanya mirip dengan istri ku. Makannya aku ingin mencari tau tentangnya," Ivan menatap lekat Clifton yang sudah bercucuran keringat dingin. Bagaimana ini. Pikir Clifton tidak tahu harus melakukan apa.

"Tuan, anda berusaha memiripkan seseorang dengan istri mu? Apakah istri anda tidak akan marah? Apa lagi suaminya berusaha mencari data tentang wanita lain. Pasti dia akan benar-benar cemburu mengetahui semua ini," Ignatius mencoba mencari-cari celah untuk keluar dari situasi seperti ini.

"Apakah seperti itu kah?"

"Ya tuan, tentu saja begitu. Kalau seorang istri tau bahwa suaminya mencari data wanita lain, sama saja seperti beselingkuh," Ignatius membuat semua orang membelakan kedua bola matanya.

Ukhti Girl Love Story Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang