(4) Mawar kelabu

14.9K 1.4K 29
                                    

Dan janganlah kamu (merasa) lemah dan jangan (pula) bersedih hati, sebab kamu paling tinggi (derajatnya) jika kamu orang beriman.

Qs. Ali-Imran / 3 : 169

Hari yang benar-benar melelahkan. Intan benar-benar pusing mencari taxi yang memang jarang lewat di daerah kampusnya, awalnya dia di ajak pulang bersama dengan Yusuf, namun wanita itu menolak dengan alasan yang jelas.

"Kita bukan mahrom, jadi nggak boleh berdekatan, Yusuf," benar-benar menohok Yusuf, padahal pria itu juga sudah tau.

Yusuf hanya tersenyum lalu menganggukan kepalanya. Gadi istu memang benar-benar sholehah dan menjaga dirinya dari pria lain. Pikir Yusuf.

Taxi berwarna kuning itu berhenti tepat di depan mansion besar. Intan membayar supir taxi dengan jumlah nominal yang sudah di tentukan. Gadis itu langsung di bukakan gerbang oleh satpam, namun air muka satpam berubah menjadi tidak enak, seperti ada sesuatu.

"Selamat malam nona," satpam membungkuk, memberi penghormatan pada istri majikannya.

"Di dalam ada tamu nona," sambungnya membuat kening Intan berkerut, siapa tamu yang datang malam-malam seperti ini? Ya walaupun tidak terlalu malam.

"Siapa ya pak?"
"Nona, lebih baik anda lihat sendiri saja."

Intan semakin penasaran di buatnya. Di sana ada empat orang satpam, namun tiga yang lainnya hanya diam saja, seperi ada gurat tidak enak dari wajah mereka.

"Baiklah, terimakasih pak, aku masuk ya," ucapan Intan langsung mendapatkan anggukan ragu-ragu dari ke empat satpam itu. Tuhan, kuatkanlah gadis itu jika melihat semuanya yang terjadi di dalam, kasihan dia masih muda.

Pikir keempat satpam, menatap nanar punggung gadis yang sudah hilang di telan pintu besar berwarna putih.

"Assalamu'alaikum," suara Intan bergema di seluruh ruangan. Para pelayan langsung menyambut kedatangannya, mereka menundukan kepalanya dengan hormat.

"Wa'alaikumus salaam nona," air muka Nadin sudah berbuah menjadi sedih. Gadis mungil itu seperti menyimpan sesuatu, bukan hanya Nadin, para pelayan lainnya juga. Sebenarnya ada apa dengan semua orang disini sih? Pikir Intan.

"Nona, sebaiknya kau jangan bertemu dengan tuan Ivan dulu ya, kami antar langsung ke kamar ya? Tapi lewat belakang saja," Nadin menatap lekat manik gadis di hadapannya yang penuh dengan raut kebingungan.

Tentu saja bingung dong, sikap orang-orang seperti tidak wajar lho. Memangnya ada apa dengan Ivan? Pikir Intan.

"Kenapa lewat belakang Nadin? Apa yang kalian sembunyikan dari aku?" Intan menatap beberapa pelayan yang masih tertunduk. Pertanyaan yang membuat Nadin panas dingin. Wanita itu menelan salivanya, bingung mau mengatakan apa.

"Anu nona---emm,"
"Apa Nadin? Apa tuan Ivan membawa wanita lain disini?"

Nadin membelakan kedua bola matanya, bisa-bisanya Intan cenayang seperti ini. Kalau misalnya di beritahu, apakah nona Intan akan sakit hati? Pikir Nadin.

Sedikit enggan memberitahu semuanya. Memangnya ada istri yang kuat melihat suaminya bermesraan dengan wanita lain? Walaupun belum ada cinta di antara mereka, tetap saja itu menyakitkan.

"Maafkan saya nona. Saya tidak bermaksud---"
"Tak apa Nadin, aku sudah yakin kalau ini semua pasti akan terjadi."

Intan tersenyum dari balik cadarnya. Oh ya, semua pelayan wanita di sana belum ada yang pernah melihat wajah gadis itu, mungkin nanti akan melihatnya, pasti akan melihatnya.

Ukhti Girl Love Story Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang