"Jika Allah menginginkannya untukmu, maka itu akan menjadi milikmu. Jangan terlalu stres, percayalah pada Allah. Skenario Allah adalah sebaik-baiknya alur cerita semesta."
------------------
"Sayang, hari ini adalah jadwal, konsultasi kehamilan," Intan membuat Ivan membeku di tempat. Hari ini ada acara lelang untuk amal di perusahaan.
Tentu saja semua sahabat dan teman Intan juga pasti sangat sibuk. Apa lagi Ivan yang berstatus ceo muda di perusahaan ternama. Pasti dia juga benar-benar sibuk.
"Tapi sayang, aku ada---Baiklah aku tak akan menghadiri pertemuan itu," Ivan yang sudah memakai jas berwarna navi, berusaha meraih ponselnya, namun di tahan oleh Intan. Tidak mungkin sekali Intan membiarkan Ivan melalukan hal itu karena lelang untuk amal adalah hal penting.
"Jangan Ivan, kamu harus menghadiri perlengan itu. Sekarang gini saja, apa kamu punya orang yang bisa mengantar ku? Sahabat ku juga pasti benar-benar sibuk sekarang, begitu juga dengan Selena, Amaris, dan Neoma," ucap Intan membuat Ivan mencoba berpikir orang yang paling cocok untuk menjaga istrinya.
"Sebentar, aku sepertinya membatalkan acara itu," ide yang benar-benar gila. Bisa-bisanya Ivan hendak membatalkan acara sebesar itu hanya demi mengantar sang istri untuk melakukan konsultasi. Benar-benar pria sejati.
"Jangan sayang," Intan tersenyum, meletakan kedua tangannya pada rahang tegas sang suami. Sementara Ivan menyentuh pinggang ramping sang istri.
"Tapi---"
"Tidak ada tapi. Kamu harus melakukan acara lelang untuk amal ini," sergah Intan membuat sang suami terdiam. Pikiran pria itu berlayar entah kemana.
"Baiklah," Ivan menundukan kepala dengan wajah melas. Pria itu malah membuat sang istri semakin gemas saja. Bibir merahnya cemberut, kedua matanya menatap kebawah sementara rahang tegasnya masih berada di tangan Intan.
"Ya Allah lucu," Ivan mencubit bibir Ivan membuat sang empu terkejut. Namun pria itu tetap saja membiarkan sang istri melakukan hal yang ia suka. Seluruh wajah Ivan di cubit-cubit, di koyak-koyak oleh sang istri namun tetap saja Ivan tidak marah, tapi malah menikmatinya.
"Jadi, nanti apa aku pergi sendiri saja? Atau sama Nadin?" Tanya Intan membuat manik Ivan berbinar. Sepertinya ide yang bagus. Dari pada Intan harus pergi sendirian, lebih baik pergi bersama Nadin bukan? Lebih terjamin keamanannya.
"Memangnya nggak papa? Maafin aku karena nggak bisa hadir," Ivan yang awalnya menatap lekat, langsung menunduk kembali.
"Hahaha, nggak papa sayang," Intan mengusap rahang tegas sang suami, kemudian mencium pipi kanan dan pipi kiri sang empu. Tentu saja wajah Ivan yang awalnya cemberut masam langsung kembali cerah layaknya mentari pagi yang bersinar dari ufuk timur.
"Serius?" Beginilah Ivan, tidak mudah untuk di bujuk. Sikap keras kepala yang membuat Intan bertepuk kening.
"Nggak papa sayang, Cuma sekali kok, nanti seterusnya juga bisa kan," manik Intan berbentuk bulan sabit.
"Ya sudah. Nanti kamu harus pakai pengawal ya," lagi dan lagi Intan harus menepuk kening. Suaminya benar-benar khawatir.
"Nggak usah sayang, lagi pula hanya konsultasi saja. Nggak perlu kok, insyaAllah aman. Okey-okey?" Intan menatap lekat sang suami. Kedua tangannya melingkar pada tengkuk leher pria di hadapannya, sementara Ivan menyentuh pinggang istrinya yang masih ramping dengan kedua telapak tangannya.
"Aku nggak yakin Intan. Pakai bodyguard ya? Nanti ada supir yang mengantar mu dan Nadin sampai ke rumah sakit," perkataan yang membuat Intan menghela nafasnya datar. Sepertinya ia tidak bisa membujuk sang suami kalau sudah soal keamanan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ukhti Girl Love Story
Romance[ T E R B I T ] Cerita ini aku tulis waktu SMP. Tulisan nya gak terlalu bagus. Maklumin ya. Versi Wattpad dan cetak, berbeda ya. (Versi novel lebih rapi PUEBI nya, dan gak bingung.) -Author. Intan, adalah gadis bercadar bahkan suka memakai niqab, d...