(25) 02 . 00

8.9K 768 8
                                    

Bulan yang awalnya tertutup awan hitam kelabu, kini sudah terlihat dan memancarkan sinar lembutnya di tengah gelap malam. Purnama terjadi pada malam ini membuat suanasa hati manusia menjadi berubah. Ada yang senang ada juga yang stress.

Hari semakin larut saja, angin malam bertiup membuat radang dingin menggigit kulit manusia yang berada di luar.

Ivan tak kunjung pulang juga padahal waktu sudah menunjukan pukul dua belas malam. Tentu saja mansion sudah sepi. Semua pelayan sudah tidur di dalam rumah belakang, sementara Intan masih terjaga karena mengkhawatirkan sang suami.

Sebenarnya kemana dia? Pikir Intan. Wanita itu memanjatkan doa pada sang ilahi dari dalam hati. Ia duduk di balkon, menatap bintang-bintang di langit, membiarkan angin malam menusuk tulangnya.

"Ya Allah, kemana suami hamba?" Tanya Intan menatap ke arah hamparan langit yang terbentang luas dengan berjuta bintang. Bahkan ada aurora yang indah disana. Malam kelabu ini menjadi lebih tentram tentunya.

Dibawah sana air kolam renang benar-benar tenang. Hanya suara gemercik kecil. Dari pepohonan juga terdengar suara jangkrik. Kelelawar berlalu lalang mencari buah untuk dimakan.

Dreeet...dreeet...dreeet

Dering ponsel Intan terdengar. Wanita dengan baju tidur itu menatap layar ponsel yang tergeletak di atas meja. "Siapa ini?" Gumamnya menatap lekat ponsel yang kini sudah ada di tangannya. Nomor ponsel tidak di kenal itu tiba-tiba saja tertera disana.

Wanita itu menarik nafasnya, lalu langsung menggeser tombol hijau yang ada disana.
"Hallo?" Intan meletakan ponselnya di telinga.

"Malam nona, apa kau sudah mendapatkan hadiah dari ku?" Terdengar suara samaran khas pria dari ujung sana. Suaranya benar-benar seram dan seperti di buat-buat. Sekujur tubuh Intan langsung merinding di buatnya. Ia menelan salivanya.

"Siapa ini?" Intan beranjak dari duduknya, masuk kedalam kamar dan menutup pintu kaca balkon, tidak lupa menguncinya lalu menarik tirai berwarna abu-abu. Ia benar-benar panik sekarang karena telepon ini mencurigakan sekali.

"Tak perlu tau siapa diri ku. Aku akan segera menghancurkan rumah tangga mu dan presdir. Dasar jalang," ucap manusia dari sebrang telepon. Suaranya benar-benar membuat Intan merinding sendiri.

"Oh, terus-terus?" Intan membuat manusia yang ada di sebrang sana geram sendiri. "Kamu pria? Suaranya seperti pria. Tapi lebih ke arah setan sih."

"Kau jangan meledek ku wanita jalang sok suci. Gue akan menghancurkan semuanya," kalau boleh jujur, Intan benar-benar takut sekarang.

Wanita cantik sendirian di dalam mansion sebesar ini. Untungnya ada penjaga di depan. Kalau terjadi apa-apa harus melangkahi para penjaga dulu. Dan Intan bisa lari ke rumah belakang, meminta perlindungan pada pelayan.

"Siapa yang meledek? Aku kan cuma bertanya. Memangnya kenapa harus menghancurkan rumah tangga orang? Sebenarnya kau pria atau wanita?" Keringat dingin mengalir di pelipis wanita itu. Ia takut, benar-benar takut namun hatinya berserah diri dan berdoa pada sang kuasa pemberi kekuatan dan perlindungan.

"Kau tak perlu tau. Gue akan mengambil Ivan dari sisi mu Hahaha," ucap orang dari sebrang telepon sana. Intan geram mendengar perkataan itu.

"Ambil aja kalau bisa. Emangnya Ivan mau sama kamu? Kalau kau berhasil memisahkan kita berdua. Belum tentu Ivan mau dengan mu kan? Aku yakin kau ini wanita. Siapa kau?"
Intan berusaha berbicara setenang mungkin.

Sesekali ia menjauhkan ponsel dari jangkauan nya untuk mengela nafas yang jantungnya berdebar tak karuan. Semoga saja Ivan pulang cepat.

Semoga saja dia ada disini memeluk ku. Pikir Intan. Biasanya di jam seperti ini mereka menghabiskan malam yang menyenangkan. Biasanya Intan berada di lingkaran tubuh sang suami, mendekapnya erat membuat jin yang ada di kamar itu pun iri melihatnya.

Ukhti Girl Love Story Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang