(29) Spanyol

6K 614 6
                                    

"Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya."
QS. Al-baqarah : 286

Jadi jalani saja dengan ikhlas, tidak usah mengeluh karena Allah tahu bahwa kamu itu mampu menyelesailan masalah mu sendiri -!

____________________

"Dady? Apa yang kau lakukan disini?" Clifton membelakan kedua bola matanya ketika mendapati seorang pria bule dengan tubuh tinggi dan tampan di depan rumahnya.

Waktu menunjukan pukul sepuluh malam. Entahlah apa yang akan dilakukan oleh pria itu di Indonesia malam-malam begini.

"¿Por qué no visitas a papá en España? Sigues buscando a tu mamá que no está segura de dónde está," Pria itu menatap lekat sang putra yang mematung di depan pintu.

Pikiran Clifton benar-benar buyar sekarang. Ia bisa berbahasa Spanyol, namun ia malah sebal sendiri kalau teringat dengan Spanyol. Itu akan membawanya ke masa lalu yang kelam. Ya itu dengan ibu tiri yang jahat baginya.

"Berbicaralah bahasa Indonesia dady. Aku tidak ingin menggunakan bahasa Spanyol, menyebalkan sekali," Clifton memicingkan mata pada pria di hadapannya. Pria itu menekuk kedua tangannya di dada.

"Kenapa kamu nggak mengunjungi dady di Spanyol? Kamu terus saja mencari momy mu yang tidak jelas keberadaannya dimana. Lebih baik ikut dady ke Madrid, dan tinggalah disana bersama momy kedua mu," Pria itu berbicara bahasa Indonesia dengan aksen yang menggelikan.

Bahkan Clifton pun harus menahan tawanya. Lucu saja mendengarnya. Dia adalah dady nya Clifton. Paras nya tampan meski sudah berumur, Matanya berwarna hazel layaknya Clifton. Namun pria itu memiliki rambut berwarna coklat sedikit pirang. Kalau Clifton coklat pekat dan alisnya juga tebal. Kulitnya juga putih layaknya kulit Clifton.

"Masuklah dulu," Clifton mempersilahkan pria tampan itu masuk. Tentu saja tidak menolak. Angin malam benar-benar menusuk sampai ketulang. Radang dingin pun bisa saja menggigit kulit, dan jangan sampai itu terjadi.

Kedua manusia itu duduk berhadap-hadapan di sebuah sofa tunggal. "Dady Ernesto. Aku nggak mau bertemu dengan manusia jahat itu," Ernesto adalah nama dari sang dady.

"Hey Clift, jaga ucapan mu. Dia itu momy mu yang baik. Dia merawat mu dengan baik sampai kau bisa sebesar ini," pria itu menatap tajam ke arah sang putra. Tentu daday Ernesto tidak terima karena istri keduanya itu adalah wanita yang baik.

"Dengan baik? Cih---basi. Mungkin dia memang baik. Namun kalau hanya ada dady saja. Pada saat dady bekerja, dia selalu memarahi ku. Bahkan dulu pada saat aku pergi dia bukannya sedih tapi malah senang," Clifton menghela nafasnya gusar, menatap tajam pria bule yang duduk di kursi tunggal tepat di hadapannya.

"Clift----kamu keterlaluan. Dia tisak seperti itu. Kenapa pernyataan mu selalu saja sama dari dulu hingga kini? Dady nggak percaya kalau istri dady yang sekarang itu jahat. Dady nggak percaya sama kamu. Lebih baik kamu ikut dady ke Madrid, Spanyol."

"Dady keterlaluan. Aku nggak mau. Kenapa dady tidak percaya pada ku? Aku kecewa dengan dady. Kenapa dady tidak memberitahu wajah momy kandung ku?" Clifton menatap jengah pria bule di hadapannya.

"Karena momy mu dulu meninggalkan dady pada saat sudah menikah. Dia lebih memilih pergi karena di agamanya tidak boleh menikah dengan orang selain muslim. Dady marah, dan hak asuh mu dady yang ambil. Lebih baik kamu ikut saja dengan dady ke Madrid. Tak usah disini, nanti kamu bisa jatuh cinta pada gadis muslim disini,"

Dady Ernesto membuat Clifton menelan salivanya sendiri. Tamparan yang keras sekali.

"Ya dady. Aku merasakan yang dady rasakan," Clifton menghela nafasnya gusar. Kisah cintanya sama dengan kisah cinta sang dady. Namun bedanya mereka belum menikah.

Ukhti Girl Love Story Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang