(13) Gadis Gurun

12.4K 1.2K 17
                                    

Cinta, memangnya ada yang namanya
cinta sejati?

Ada kok, cinta antara kamu dan Rabb mu-!

"Ya, salam kenal, gue Yusuf, ini sahabat gue, Noah dan Emmanuel atau Manuel," Yusuf tersenyum ke arah Clifton dan Ignatius.

Apakah gue harus bicara pakai aku kamu disini? Sama pria? Ya Allah menggelikan. Okey nggak papa, bissmillah aja. Nuriza menatap lekat Clifton. Dia benar-benar tidak menyangka jika ada manusia setampan pria itu.

Pria blesteran Spanyol memang benar-benar meresahkan pandangan saja.

"Yasudah, kita berdua pamit ya, semangat bekerjanya di hari pertama, ayo Clift," Ignatius menarik pria blesteran spanyol itu. Clifton sedari tadi hanya bengong menatap Nasywa yang hanya menunduk.

Ignatius juga tak kalah tampan dengan Clifton. Pria itu juga hasil blesteran Meksiko. Alisnya benar-benar tebal dan kulitnya putih. Namun tetap saja lebih mempesona Ivan.

"Lo lihat apa?" Ignatius masih menarik lengan Clifton menuju meja nya. Pria itu menatap lekat sang temannya.

"Sepertinya gue jatuh cinta pada gadis itu," Clifton bergumam sendiri. Bayangan wajah Nasywa terus saja berputar di dalam otaknya.

"Siapa? Gadis muslim itu? Hey ayolah, jangan cari penyakit. Agama lo sama dia nggak sama Clift. Cari aman saja lah," Ignatius memperingatkan. Clifton tetap saja terdiam. Ya, agama nya memang tidak sama. Tapi pria itu tetap saja kekeuh dengan pendiriannya.

"Hey, Clifton, Ignatius, selamat pagi," sapa Selena dengan nada manja. Gadis itu menggigit bibir bawahnya, bermaksud menggoda pria di hadapannya.

Namun kedua pria itu hanya mengangguk, dan mendudukan bokongnya di kursi.

"Cih, pria itu sombong sekali. Dengan gadis kuno saja ramah sekali. Giliran dengan ku yang jelas-jelas lebih cantik, di abaikan saja," Selena memutar kedua bola matanya malas. Tahu begitu tak perlu repot-repot berjalan ke arahnya untuk menyapa.

Wanita itu berjalan ke arah Intan yang sibuk dengan laptopnya.

"Hey gadis gurun, tolong belikan spidol sana," Wanita itu meletakan selembar uang di atas meja kerja Intan. Tentu saja yang melihat itu terkejut.

"Hey, apa maksud mu?" Nuriza berdiri dari tempat duduknya, menatap tajam ke arah Selena. Kedua teman Selena mulai menghampiri wanita itu.

"Kau diam saja deh, kami lebih lama disini, kembalilah bekerja," Amaris menatap tajam ke arah Nuriza, Wanita itu tersenyum smirk. "Dasar kuno," tambahnya.

"Hey, kenapa kau begitu jahat? Apa maksud mu kuno hah?" Teriak seorang pria tampan yang mejanya tak jauh dari Nuriza. Tadi saat melihat pria itu, Amaris sedikit jatuh kedalam pesonanya, namun sekarang malah takut melihat tatapan tajamnya.

"Apa? Kau mau jadi pahlawan kesiangan hah?" Neoma menatap lekat pria yang tadi membalas perkataan Amaris.

"Siapa namamu tadi? Noah kan? Wajahmu tampan, sekali ya."

"Persetan, aku tak butuh pujian mu," Noah memutar kedua bola matanya malas. Nuriza menatapnya lekat dengan tatapan sedikit terharu. Terimakasih Noah. Seperti itu yang ingin Nuriza sampaikan.

"Bisa tidak sehari saja nggak usah bikin ulah disini? Intan bukanlah anak magang. Dia karyawan resmi. Jangan perlakukan dia semena-mena," Clifton angkat suara.

Pria itu membuat Selena mengepalkan tangannya.

"Yasudah kau saja beli sana," Selena menunjuk pada Nasywa yang sedari tadi terdiam, menyimak pembicaraan.

Ukhti Girl Love Story Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang