(11) Bye maksiat

14.7K 1.4K 54
                                    

Sesudah tahiyat akhir, Ivan mengucapkan salamnya, menolehkan kepala kek kanan, lalu ke kiri. Pria itu menyeka wajahnya dengan kedua telapak tangannya, lalu menengadahkan kedua tangannya di udara. Intan tersenyum dari belakang sana.

Ia membiarkan terlebih dahulu suaminya menangis, memohon maaf pada Tuhannya yang maha pengampun itu.

"Ya Allah ya Tuhanku. Aku kembali pada mu dengan dosa yang benar-benar melimpah. Aku kembali pada mu sebagai makhluk yang di penuhi dengan dosa yang mungkin memenuhi seluruh alam semesta dan isinya. Ampuni aku ya Allah. Terimakasih karena sudah memberikan hidayah ini pada ku. Suatu kenikmatan besar bagi ku hiks...hiks...hiks,"

"Ya Allah, Tuhan semesta alam dan isinya. Ampunilah dosa ku, semua dosa-dosa ku. Maafkan aku karena sudah terlena dengan nikmatnya kehidupan dunia sampai lupa dengan siksamu yang benar-benar kejam itu. Maafkan aku ya Rabb,"

Ivan melanjutkan doa-doanya dengan air mata yang tidak bisa tidak mengalir dari kelopaknya. Padahal baru sholat, namun pria itu benar-benar merasakan kenikmatan hijrah yang luar biasa sekarang.

Ivan mengusap wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Dada nya masih penuh sesak. Gadis di hadapannya melangkah maju, mendekatkan diri pada sang suami.

"Ivan," Intan menepuk pundak sang suami.

Pria yang berusaha menenangkan diri itu pun langsung menoleh ke asal suara. Kelopak matanya yang basah bertemu dengan manik terharunya Intan.

Gadis itu juga ikut menitihkan air matanya lantaran doanya selama ini sudah terkabul.

"Maaf," Ivan menatap lekat wajah sang istri. Mereka duduk dalam posisi hadap-hadapan.

"Maafkan aku, maafkan aku Intan, maafkan aku, maafkan aku," Ivan menundukan kepalanya, tanda memohon maaf pada sang istri.

Gadis di hadapannya hanya bisa tersenyum. Ia menyentuh rahang tegas sang suami, mengusapnya dan membawanya agar ia bisa melihat wajah tampannya itu.

Kelopak mata Ivan masih di penuhi dengan sisa-sisa air mata yang keluar.

"Ivan, suamiku. Orang asing yang awalnya tak ku kenal, dan langsung ku kenal sebagai seorang badboy. Tapi sekarang kamu sudah taubat Ivan. Aku sudah memaafkan mu. Allah saja maha pemaaf bukan? Masa aku yang hanya makhluk ciptaannya tidak memaafkan semua kesalahan mu?" Intan mengusap jawline milik sang suami. Sang empu tersenyum membuat Intan juga ikut tersenyum.

"Apakah kau mau mencium ku? Cium wajah ku tolong, sebagai tanda permohonan maaf diterima," Ivan menatap lekat wajah gadis di hadapannya. Pria itu memegang kedua tangan Intan yang berada di jawline tegasnya.

Tentu saja Intan langsung tersipu malu. Gadis itu berusaha mati-matian menahan teriakannya karena salting. Tapi Ivan mengetahui itu karena semburat merah muncul di wajah istrinya.

"Apa kau tak mau menciumku?"

Cup
Cup
Cup
Cup

Intan mencium pipi kanan lalu pipi kiri, di lanjutkan ke kening, dan terakhir di hidung mancung milik sang suami. Senyuman langsung terulas di bibir tipis berwarna pink milik Ivan. Pria itu benar-benar bersyukur karena Tuhan memberinya hidayah lewat istrinya itu.

Kedua manusia itu saling menatap lekat, tidak bisa mengalihkan dari manapun. Entahlah apa yang ada di pikirannya masing-masing. Yang jelas mereka saling melemparkan senyuman karena salah tingkah sendiri.

"Kenapa sih?" Intan tersenyum-senyum sendiri melihat wajah sang suami yang tampan itu.

"Kamu yang kenapa," balas Ivan juga tersenyum. Pria itu mengeluarkan lesung pipinya dan kedua matanya membentuk layaknya bulan sabit.

Ukhti Girl Love Story Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang