(19) Antara Masjid dan Katedral

11.9K 943 12
                                    

Istiqlal dan Katedral hanya saling berhadapan bangunannya, kalau mereka bersatu, sudah pasti pondasinya hancur

-


Clifton tengah memainkan ponsel di lobby. Pria itu belum pulang karena menunggu Nasywa, tentu saja kalau di tanya balasannya karena hujan deras.

Padahal dia sendiri mengendarai mobil pribadi yang bisa di bilang mewah dan berkelas. Pria bule itu selalu mendapat tatapan dari wanita yang lewat kesana dan kemari.

Namun dia tak memperdulikannya. Clifton bisa di bilang masuk kedalam kategori pria yang dingin di kantor ini. Hanya manusia di lantai tempatnya bekerja mengetahui sifat aslinya. Diluaran itu dia hanya diam. Karena diam adalah emas.

Waktu terus saja bergulir dengan cepat. Tidak terasa kalau hari semakin larut, namun alam masih saja menangis, menumpahkan semua airnya kebumi. Kapan ini berhentinya sih. Pikir Clifton seraya menatap keluar loby yang terlapis sebuah kaca besar.

Disana hanya ada Clifton dan beberapa orang yang tengah menunggu hujan. Ada juga resepsionis yang tengah menonton drama Korea dari monitor pribadinya, karena jam kerja sudah habis baginya.

"Clifton? Kau nggak pulang?" Sapa seorang wanita cantik dengan tubuh ideal. Dia mendudukan bokongnya tepat di sebelah Clifton. Pria itu malah memutar kedua bola matanya jengah dengan keadaan.

"Selena? Apa yang lo lakuin disini? Ku pikir kau sudah pulang," Clifton sedikit menggeser tubuhnya karena tubuh wanita itu terlalu dekat jaraknya dengannya.

"Belum. Tadi aku ke kunci di toilet, dan nggak da yang menolong," Selena mengeluarkan manik mata pupy eyes nya supaya di respon oleh pria yang ada di sampingnya.

"Oh," balas Clifton membuat wanita itu membelakan kedua bola matanya tidak percaya. Itu adalah jawaban yang tidak sama sekali ada di pikirannya. Setidaknya tanya gitu, apakah kamu baik-baik saja. Ini tidak. Menyebalkan sekali. Pikir Selena.

"Kamu nggak peduli pada ku apa?"

"Harus baget gue peduli? Teman aja bukan," Clifton membuat wanita yang ada di sampingnya shok, hampir jatuh pingsan tentunya.

"Kamu nggak nganggep aku teman?" Selena langsung mendapat gelengan dari Clifton. Pria itu menatap lekat manik wanita yang ada di hadapannya.

"Ishh jahat banget sih lo, jawab iya kek, bikin gue seneng sekali aja," Selena memukul lengan kekar Clifton yang tertutup lengan panjang. Tentu saja sang empu terkejut bukan main, merasakan sakit di lengannya.

"Kau tidak sholat? Kau kan muslim," perkataan Clifton membuat Selena membelakan kedua bola matanya. Sejak kapan pria itu mengetahui tentang sholat? Pasti efek dekat dengan Yusuf dan lainnya. Tak apa deh, bagus malah. Pikir Selena.

"Aku sudah sholat dong Yhaa walaupun sering jahat sama Intan, tukang ngatain, tukang bully, setidaknya aku tak akan pernah meninggalkan Tuhan ku okey," Selena mengibas-ngibaskan rambutnya ke wajah Clifton yang terdiam.

Ia pikir Selena benar-benar buruk, ternyata hanya cover nya saja. Pantas saja ada pepatah mengatakan Don't judge a book by its cover.

"Kau sadar akan hal itu? Kenapa kau melakukannya?"

"Sebenarnya aku nggak mau melakukan itu. Aku hanya mengerjainya saja. Aku benar-benar kagum pada Intan dan sahabatnya karena mereka bisa menutup diri, sedangkan aku? Aku hanya bisa iri pada mereka," Selena membuat pria di sampingnya menatap maniknya dalam. Perkataan dari gadis itu benar-benar bermakna.

Ukhti Girl Love Story Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang