(2) Sujud

18.2K 1.7K 62
                                    

Sujud. Berbisik pada bumi, namun di dengar oleh langit.


Pernikahan sudah usai. Kedua insan yang baru di satukan itu berjalan menuju mansion dengan menggunakan mobil pribadi milik Ivan. Sebelumnya Intan mengganti bajunya terlebih dahulu ke baju yang lebih simple, namun belum membersihkan make-upnya.

Para orang tua dan para sahabat, hanya mengantarnya sampai mobil saja, karena atas permintaan dari Ivan.

Suasana di sekitaran mobil benar-benar canggung. Atmosfer terasa tidak nyaman sekali. Intan hanya menatap keluar jendela sepanjang perjalanan, sedangkan Ivan focus menyetir mobil.
Kenapa benar-benar canggung sih, apakah dia sediam ini? Intan. Gadis itu terus saja bergulat dengan pikirannya sendiri.

"Hey, kau nggak punya mulut ya?" Ivan membuat Intan terperenjak terkejut. Gadis itu reflek menatap lekat wajah Ivan yang tengah focus menyetir mobil.

"Maksud mu apa? Sebentar, bagimana aku memanggil mu? Mas? Kak? Suami?" Intan menatap lekat wajah Ivan, namun sayangnya wajah pria itu benar-benar datar dan menunjukan aura tidak suka pada istrinya ini.

"Kau benar-benar melunjak ya, semua orang memanggilku tuan Ivan, sementara kau yang baru ku kenal, sudah sok kenal sekali. Cih, penampilan mu saja seperti---panggil nama ku saja," Ivan menambahkan laju mobilnya, pria itu tidak mau ambil pusing sekarang, intinya, dia benar-benar tidak menyukai istrinya ini.

"Aku harus memanggil nama mu? Bukan kah itu tidak sopan ya?" Intan mengigit bibir bawahnya, gadis itu menatap lekat wajah suaminya yang focus menyetir mobil. Pria itu menggeleng cepat, namun pandangannya tidak pernah beralih dari bahu jalan demi keamanan.

"Tidak. Panggil namaku Ivan, sedikit menjijikan jika di panggil mas, abang, kakak, atau apalah," Ivan menggedikan kedua bahunya, geli sendiri jika di bayangkan.

"Baiklah, Ivan. Aku mau tanya satu hal, kenapa kamu mau menikah dengan ku?" Pertanyaan yang membuat Ivan terdiam.

Cih gadis bodoh, aku tidak ingin menikah dengan mu tahu, ini semua karena papah ku yang menyebalkan itu, untungnya orang itu sudah mati. Ivan memutar kedua bola matanya jengah. Jika mengingat papahnya dia benar-benar kesal, alasannya karena perjodohan ini.

"Cih---aku tak mau menikah dengan mu sebenarnya. Seharusnya aku yang bertanya pada mu, kenapa kau mau menikah dengan ku? Kau terlalu kelas rendahan untuk ku, aku tau kedua orang tua mu kaya raya, namun style benar-benar membosankan," perkataan pria itu langsung menusuk ke uluh hatinya Intan, sepertinya akan terjadi perang dunia ketiga nih. Intan harus sabar dalam menghadapi sifat suaminya itu.

"Kelas rendahan? Style ku? Aku tau kau selalu berada diantara wanita-wanita cantik memiliki tubuh bagus. Tapi maaf, itu bukan cara ku untuk menunjukan kecantikan ku," Intan menatap ke luar jendela, gadis itu sakit hati karena perkataan suaminya. Ivan hanya tersenyum smirk mendengar penuturan sang istri.

"Apakah kau menutup tubuh mu karena tubuhmu tidak bagus? Pffft," Ivan menahan kekehannya, sepertinya pria itu benar-benar perlu di ruqyah supaya pikirannya lurus dan tentram, dan tidak belok seperti ini.

"Tidak. Aku menutupinya bukan karena tubuhku jelek, tapi karena Tuhan ku yang mewajibkannya," Intan menatap keluar jendela, mengeluarkan semua unek-unek yang ada dalam pikirannya.

"Terserah lah," Sepertinya Ivan sudah kehabisan kata-kata. Dia tertampar pastinya.

~~~

Kamar bernuansa putih bersih, dengan sprey kasur berwarna putih juga sudah di singgahi kedua insan yang baru saja resmi menjadi sepasang suami istri itu, Intan benar-benar takjub melihat mansion milik suaminya benar-benar besar dan megah. Semua nya serba putih seperti kamar hotel.

Ukhti Girl Love Story Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang