Sebuah tendangan mendarat di perut Zero ketika satu langkah kakinya masuk ke dalam kelas.
"Kau masih berani menginjakkan kaki di sekolah ini?" hardik Kaisar. Mata tajamnya terus memberikan Zero tatapan intimidasi.
"Pergi mulung di bawah jembatan aja sana! Biar sama seperti bapakmu!" Sekelompok anak di belakang Kaisar ikut memeriahkan perundungan pagi ini.
Kaisar maju, mendekati Zero yang masih terduduk kesakitan. Tanpa aba-aba Kaisar menarik tas Zero, dan segera menjauhkannya dari jangkauan tangan si pemilik. Zero bangkit berdiri, namun tetap saja tak mampu mendapatkan tasnya kembali. Tubuh Kaisar terlalu tinggi.
"Tasmu itu bau! Biar kubuang saja dari pada membuat yang lain tak nyaman," ujar Kaisar, dengan nada mengejek. "Memangnya apa sih yang kamu bawa? Aku penasaran."
Dengan sedikit tenaga, Kaisar mendorong tubuh Zero hingga anak lelaki itu tersungkur ke lantai. "Jangan dibuka!" seru Zero yang tentunya hanya sebatas suara nyamuk bagi Kaisar.
Dengan perlahan Kaisar membuka tas Zero yang sedikit berat. Berharap akan menemukan sesuatu, yang mungkin bisa menjadi senjata baru untuk membuat Zero terdiam membeku. Namun sebuah tangan yang menyembul ketika Kaisar membuka setengah tas Zero, justru yang lebih dulu membuat ia membeku.
"Aku sudah memperingatkanmu. Sekarang, bersiaplah menjadi isi tasku," bisik Zero, diiringi dengan teriakan dari sekelompok anak di ambang pintu kelas, yang kaget melihat ketua mereka bersimbah darah di atas lantai sekolah. []
~~~
Karya kedua masih dari tema pemulung, karya Nasylaawa
KAMU SEDANG MEMBACA
Liburan Produktif
Short StoryKumpulan fiksi singkat dengan berbagai tema karya para anggota selama liburan Desember 2021.