Krak!
"Aaaa suara apa itu?!" teriak Vanya, spontan memeluk Raya hingga nyaris menjatuhkan senter yang gadis itu bawa.
"Aku nginjak kayu tadi. Maaf," ungkap Alif, senter di tangan kanannya kini menyorot pohon mangga yang mulai berbunga. "Zan, mana kuntilanak nya?"
Fauzan kontan melayangkan tepukan kuat di pundak Alif. "Jangan nantangin!"
Alif mengaduh, sementara Raya yang masih dipeluk Vanya hanya bisa meringis. Jika bukan karena acara wajib jerit malam mereka tentu tak akan mau berdiri mencari bendera di kebun belakang sekolah sekarang.
"Udah lah, ayok. Keburu dimenangin tim lain nanti," ajak Raya, yang langsung berjalan memimpin tim mereka.
Belum lama mereka berjalan, Alif berhenti mendadak. Membuat tiga orang lainnya ikut berhenti bersamaan. Alif yang kini ditatap dengan wajah heran oleh temannya malah memasang ekspresi aneh.
"Nyium sesuatu enggak, kalian? Baunya enggak enak banget." Pertanyaan Alif hanya dibalas oleh ketiga temannya dengan gelengan kepala.
"Jangan bikin mikir yang aneh-aneh ah!" protes Vanya.
Alif menggeleng. "Aku enggak bohong. Di sini anginnya bau banget!"
Fauzan keheranan, ia mendekati Alif yang kini meringis, entah karena apa. "Enggak ada bau bunga atau kemenyan tuh."
"Siapa yang bilang itu bau kemenyan?" tanya Alif, bertepatan dengan angin yang tiba-tiba datang dengan kencang.
"Kok jadi bau busuk sekarang?" tanya Fauzan usai dedaunan tenang.
Alif mengangguk bersemangat. "Kan aku udah bilang!"
Vanya kembali merapatkan tubuhnya ke Raya. "Balik aja yuk!" gumamnya terdengar ketakutan.
Fauzan menggeleng tegas. "Bukan bau setan. Ini mah kayak bau-"
"Kentutku," cetus Alif yang kini sukses membuat Fauzan melayangkan satu tepukan keras. []
~~~
Tulisan pertama dari tema angin, karya Nasylaawa
KAMU SEDANG MEMBACA
Liburan Produktif
Short StoryKumpulan fiksi singkat dengan berbagai tema karya para anggota selama liburan Desember 2021.