"Raka! Di suruh masuk sama tante. Angin di luar dingin."
"Angin segini gak ada apa-apanya dibandingkan dinginnya dia," cetus Raka dengan tatapan kosong.
"Ealah, ada yang lagi patah hati ternyata," ceplos Rani dengan tawanya.
Mereka tak jadi masuk ke dalam. Bahkan Rani malah ikut duduk di bangku dekat Raka.
"Apaan sih."
"Mau cerita gak? Jarang-jarang nih ada sepupu yang mau denger curhatan dari lo!"
"Gak!" jawab Raka cepat.
Rani hanya melirik pria di sampingnya. Tampak sekali raut galaunya. Raut wajah yang membuat Rani ingin menertawakan sepupunya itu.
"Terkadang hidup itu seperti angin. Berhembus begitu saja. Tak jarang yang meninggalkan luka. Maupun bahagia. Ya mau bagaimana namanya kehidupan," tutur Rani dengan puitis.
"Kalo setau gue nih ya, dia itu sebenarnya gak dingin," ucap Rani. Raka seketika menoleh, menatap sepupunya serius. "Tapi emang hatinya bukan untuk lo," ujarnya diakhiri tawa yang menggelegar.
Berakhirlah kulit kacang melayang mengenai wajah Rani. Tapi hal itu tidak membuat Rani berhenti tertawa.
~~~
Tulisan keempat dari tema angin, karya daizi_afshin
KAMU SEDANG MEMBACA
Liburan Produktif
Short StoryKumpulan fiksi singkat dengan berbagai tema karya para anggota selama liburan Desember 2021.