Surat Izin

9 4 0
                                    

"Nih, dari Anvi." Tangan kanan Elang menyodorkan amplop putih pada cowok yang semula tengah membaca komik dengan wajah serius.

Aswin memperhatikan amplop yang kini ada digenggamannya. Kening cowok itu mengerut, dengan heran ia bertanya, "Kok enggak ada namanya?"

Secara tiba-tiba Elang tergelak. "Lo berharap ada namanya?"

Aswin masih memasang ekspresi heran, ketika sohibnya itu memutuskan ke luar kelas dengan alasan membeli sarapan. Namun, karena tak mau ambil pusing, akhirnya dengan cepat Aswin menuliskan nama 'Anvicha Maharani' di atas amplop, sebelum akhirnya meletakkan surat tersebut di atas meja guru.

Tepat ketika bel masuk berbunyi, seorang gadis memasuki kelas dengan wajah tertunduk. Aswin terkejut menyadari siapa gadis tersebut. Detik berikutnya ketika Elang masuk ke dalam kelas, Aswin segera bertanya.

"Kok Anvi bisa masuk?"

"Lah, emang kenapa? Kan dia punya hak buat masuk. Oh apa lo—"

"Yang lo kasih ke gue tadi surat izinnya dia 'kan?"

Elang ternganga dengan wajah pucat, menyadari apa yang mungkin dilakukan sahabatnya. "Lo taruh surat itu di mana?"

"Meja guru. Kenapa?"

Jawaban santai yang Aswin katakan seketika membuat Elang melemas. "Mentang-mentang lo ketua kelas, semua surat lo taruh di meja guru, ya?!"

Aswin diam, bingung dengan apa yang Elang katakan. Sementara Elang hanya mampu menghela napas sembari melirik Anvicha yang duduk di barisan belakang.

"Itu ... surat cinta," ungkap Elang, bersamaan dengan pintu kelas yang dibuka oleh Pak Tatang. []

~~~

Tulisan keempat dari tema izin, karya Nasylaawa

Liburan ProduktifTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang