Dua pemuda berseragam putih abu sedang berjalan menuju suatu tempat. Ketika di perjalanan mereka berpapasan dengan pria bertopeng, berpakaian lusuh, dan membawa karung. Saat itu pula pemuda yang baru saja meneguk sebotol air mineral dengan sengaja melempar botol bekas ke arah pria itu. Alhasil botol tersebut mengenai kepalanya.
Seketika pria itu membalikkan badannya, kemudian mengambil botol tersebut dan menghampiri kedua pemuda yang tersenyum miring ke arahnya.
"Kalau buang sampah itu pada tempatnya! Bukan dilempar sembarangan kayak gitu," ujar pria itu.
"Lah, gue emang udah buang sampah pada tempatnya. Kan lo itu tempat sampahnya, bener gak Mars?" tanya pemuda yang melempar botol sembari melirik teman di sebelahnya.
"Yoi," sahut temannya.
"Bisakah kalian sopan pada orang tua?" tanya pria itu.
"Emang lo siapanya kita? Udah deh, mending lo pergi sana! Lo itu gak selevel sama kita, gue gak mau kena kuman-kuman yang nempel di baju lo," caci pemuda bername tag Bumi Dewantara.
Pria itu tidak menanggapi perkataan mereka, dia memilih meninggalkan dua pemuda itu. Namun, baru beberapa langkah, pria tersebut merasakan dorongan dari tangan seseorang yang mengakibatkan dirinya terjatuh.
"Astagfirullah," ucapnya.
Kala dia terjatuh ke aspal, malah terdengar gelak tawa yang ternyata berasal dari dua pemuda berseragam putih abu.
"Kalian ini kenapa? Apa salah saya?" tanya pria itu.
"Salah lo itu karena lo dengan beraninya nyamperin kita. Lagian nih ya, ngapain mulung pake topeng segala? Lo malu nunjukin muka lo, atau karena mulut bau sampah?" cerca Bumi yang mendekati pria itu.
"Buka topeng lo!" titah teman Bumi yang bernama Mars. Sementara pria itu hanya terdiam saja. Kemudian Bumi memberikan kode agar Mars membuka topeng pria itu, karena baru kali ini dia melihat pemulung yang memakai topeng. Bumi jadi penasaran wajah pria itu seperti apa.
Mars yang mengerti kode dari Bumi dan langsung berjongkok, lalu tangannya perlahan membuka topeng pria tersebut. Ketika dibuka, keduanya sama-sama membulatkan mata.
"Pak Kepala Sekolah!"
"Kenapa? Kalian kaget?" tanyanya sambil tersenyum miring.
"Ba-Bapak nga-ngapain jadi pemulung kayak gini?" tanya Bumi dengan terbata-bata.
"Saya pikir perkataan orang-orang tentang kelakuan kalian di luar sekolah itu salah, tapi ternyata emang kenyataannya kalian itu suka berkelakuan tidak baik," ungkap pria itu.
"Eh, enggak gitu kok, Pak. Kita cuman gak mau kena penyakit dari sampah-sampah yang dibawa pemulung." Bumi berusaha mencari alasan.
"Sudahlah, saya putuskan bahwa kalian tidak akan mendapat beasiswa ke luar negeri. Karena percuma pintar, tapi akhlaknya buruk."
~~~
Tulisan ketiga dari tema pemulung, karya Tiaratrii22
KAMU SEDANG MEMBACA
Liburan Produktif
Short StoryKumpulan fiksi singkat dengan berbagai tema karya para anggota selama liburan Desember 2021.