Oleng

7 3 0
                                    

"Kuajak kau melayang tinggi, dan kuhempaskan ke bumi. Kuaj-"

"Plis, La!" Tina memotong nyanyian sang adik dengan nada tinggi. "Jangan gerak-gerak, motornya jadi oleng!"

Mila yang berada di belakang Tina memelotot. "Aku cuman nyanyi, lho. Yang kerja mulut aja, bukan seluruh badan. Enggak bakal sampai bikin motor terganggu!" balasnya sewot. Dia tak terima dituduh mengganggu perjalanan mereka. Padahal sedari tadi sudah berusaha duduk tenang, walau bibirnya tak tertutup.

Dahi Tina mengernyit. "Kalau kamu enggak goyang-goyang kenapa motornya enggak seimbang?"

"Jangan-jangan ... ada makhluk halus yang mainin kita, Kak." Mila bergidik, lekas bergeser maju dan melingkarkan tangan di perut Tina. Wajahnya berubah pias. "Ini 'kan udah cukup malam. Terus ... jalannya sepi banget."

Tina menelan ludah susah. Mendengar suara serak sang adik yang tubuhnya terasa sedikit bergetar, membuatnya takut juga. Terlebih dia ingat cerita salah satu teman tentang keanehan yang dialami saat melewati jalan ini.

"Kak, cepetan jalannya!" Mila menepuk-nepuk punggung Tina. Dia cemas saat merasakan laju motor kian melambat.

Tersadar, Tina cepat-cepat menambah tarikan gasnya. Akan tetapi, bukannya kian melesat, kendaraan beroda dua itu malah berhenti. Membuat dua gadis itu makin bergidik ngeri.

"Kak, apaan ini!" seru Mila histeris.

Tina tak menanggapi, dia hanya berdehem saja untuk menetralisir suasana hati. Tanpa kata dia menstandarkan motor, kemudian menarik Mila untuk bergerak mundur bersama.

Setelah jaraknya cukup jauh, Tina menyipitkan mata dengan kepala dimiringkan. Dia menyadari kejanggalan pada motornya, yaitu ... ban.

Ya, ban-nya kurang angin.

~~~

Tulisan terakhir dari tema angin, karya salwariamah

Liburan ProduktifTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang