Menikah

8 3 0
                                    

Pagi itu seorang guru sedang mengabsen setiap murid berpakaian merah putih yang ada di kelas. Satu persatu murid mengacungkan tangan ketika namanya disebut.

"Pandu Wijaya!"

"Hadir, Bu."

"Panca Askara!"

"Hadir, Bu."

"Rayensyah Rassya!"

Mereka celingak-celinguk ketika nama 'Rayensyah Rassya' disebut sebab tidak ada yang mengacungkan tangan.

"Ada yang tahu Rassya ke mana?" tanya guru itu.

"Izin lagi mungkin, Bu," sahut anak laki-laki bertubuh gemuk.

"Masa dari kemarin izin terus, emang dia ke mana?" tanyanya.

"Ke nikahan kucing." Sontak guru itu membulatkan mata kala mendengar jawaban dari anak didiknya.

"Maksud kamu?"

"Iya, katanya kucingnya mau nikah sama tetangganya."

"Maksudnya sama kucing tetangganya?"

"Iya, mungkin."

"Terus apa urusannya sama dia?" Guru itu masih tidak percaya. Aneh saja, kucing yang mau menikah, kenapa anak itu yang tidak masuk sekolah? Sudah seperti pergi ke nikahan manusia saja.

Tak lama suara ketukan pintu terdengar, guru itu pun berjalan mendekati pintu. Kemudian, membuka pintu. Dia kembali dibuat terkejut dengan kedatangan orang yang baru saja dibicarakan izin karena pergi ke nikahan kucing.

"Rassya, kata Dafa kamu izin lagi. Kok sekarang kamu ke sekolah?" tanyanya heran.

"Lah, saya izinnya cuman kemarin, Ibu. Kalau sekarang, saya itu telat bangun. Jadi, kesiangan," jelasnya.

"Kemarin izin ke mana?"

"Ke nikahan Encing."

"Bukannya kucing kamu nikah sama tetangga kamu, ya?"

Rassya mengerutkan keningnya."Itu kata siapa lagi, Bu? Ngapain sama izin karena kucing saya nikah?"

"Kata Dafa."

Rassya pun melirik Dafa yang kini sedang nyengir kuda. Lalu, dia geleng-geleng kepala.

"Ibu tahu 'kan Dafa itu agak budek. Jadi pantes aja kalau dia itu salah denger."

"Enak aja lo bilang gue kayak gudeg, gue itu manusia!" teriak Dafa.

"Tuh 'kan Ibu denger sendiri."

~~~

Tulisan pertama dari tema izin, karya Tiaratrii22

Liburan ProduktifTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang