"Guys, berhenti dulu!" Tiba-tiba dua orang yang menaiki motor kopling besar menyalip rombongan yang hampir melaju memasuki jalan raya besar.
Tari yang berada paling depan segera menepikan Scoopy putihnya dan bersuara, "Ada apa?"
"Jangan ke sana!" kata Agus yang duduk di belakang pengendara.
"Terus ke mana?"
"Mendingan kita putar balik dan lewat jalan pinggiran aja." Aris mengangkat tangan dari stang demi menaikkan kaca helm.
"Oh, ya udah, ayo!" Tanpa banyak kata Tari kembali menghidupkan mesin, melihat-lihat situasi lalu lintas, kemudian melaju berbalik arah.
"Ngapain ganti rute, sih? Padahal lebih enak lewat sini, soalnya jalan pinggiran tuh cenderung panjang dan bakal makan waktu lebih lama." Reina yang dibonceng Tari mengoceh, bibirnya mengerucut tanda kesal. Perjalanan menuju studio foto di pusat kabupaten–yang dia kira cukup cepat–malah berubah, membuatnya semakin pegal duduk dengan posisi menyamping.
Tari mengedikkan bahu. "Entahlah, aku malas banyak bicara. Jadi, ngikut aja."
Beberapa puluh menit kemudian, Tari menekan rem dengan kuat saat melihat plang tempat yang menjadi tujuan. Setelah menstandarkan motor dan mengunci leher, dia dan Reina turun lalu bergabung dengan anak-anak lain.
"Tadi ngapain lewat jalan pinggiran, sih?" Reina mendekati Aris, ternyata rasa penasarannya masih belum hilang.
"Kata saudara Agus yang kerja di dekat jalan besar, lagi ada razia. Jadi, mendingan kita menghindar."
"Kenapa emang?"
"Kita 'kan pengendara ilegal."
"Maksud?"
"Tanpa izin. Kita masih pada belum punya SIM."
"Lho, aku udah punya kok." Tari tertarik untuk menimbrung. "Bikin sebulan yang lalu."
"Ih, Tari! Kenapa nggak bilang?!"
~~~
Tulisan terakhir dari tema terakhir, karya salwariamah
KAMU SEDANG MEMBACA
Liburan Produktif
Short StoryKumpulan fiksi singkat dengan berbagai tema karya para anggota selama liburan Desember 2021.