"Hei, kamu mau pergi ke mana? Tunggu aku!" Reysya terus saja berlari, berharap ia dapat mengejarnya.
"Aduh!" Karena matanya yang fokus untuk mengejar, sampai-sampai ia tak lihat jika ada batu. Hingga pada akhirnya ia tersungkur dan kehilangan jejak.
"Ih! Kenapa pakai jatuh, sih! Reysya kan jadi kehilangan jejak!" rutuknya sambil memegangi lututnya yang berdarah.
Gadis itu mencoba bangkit, walau sedikit perih, tapi ia kekeh untuk kembali mengejar. "Reysya nggak boleh nyerah! Reysya harus bisa!"
Baru saja gadis itu ingin melangkah, tiba-tiba suara lelaki menghentikannya. "Hei, Reysya! Kamu mau ke mana?"
"Aku mau ngejar dia," ungkap gadis itu.
"Tapi kaki kamu berdarah, nanti tambah sakit, loh." Lelaki itu memperingati.
"Biarkan saja, aku tak peduli. Dia selalu saja menghilang di saat aku butuh! Jadi sebel, deh!" Gadis itu mengerucutkan bibir tanda kesal.
"Oh ya?" Gadis itu mengangguk semangat.
"Ini."
"Oh ya ampun, ternyata benda ini ada padamu? Aku sudah lelah mengejarnya, gara-gara angin ia jadi menghilang begitu saja!" Rasya begitu senang saat lelaki itu menyerahkan sebuah sapu tangan bewarna Lilac dengan gambar pohon kecil di sudut kanannya.
"Makanya kalau lagi dijemur, sapu tangannya dijepit. Jadi, tak akan terbawa oleh angin."
~~~
Tulisan pertama dari tema angin, karya toetikhdhyh_
KAMU SEDANG MEMBACA
Liburan Produktif
Short StoryKumpulan fiksi singkat dengan berbagai tema karya para anggota selama liburan Desember 2021.