🍓 Pillow Talk

5.2K 543 104
                                    

“Mandi!” Saat Rio bertanya apa yang akan dia lakukan setibanya di rumah nanti, Zefa spontan menjawab mandi. Ia mencoba menghalau pikiran-pikiran kotor yang berseliweran di dalam kepalanya, dan sekarang setelah hampir tiga menit kegiatan mandinya selesai, Zefa masih berdiam diri di kamar mandi. Bingung sendiri, gugup sendiri dan berdebat sendiri dalam hatinya.

Ditariknya napas panjang-panjang sebelum melangkah keluar dari kamar mandi. Sejak tadi terdengar krasak krusuk yang membuat Zefa penasaran. Saat ditengok, rupanya suara itu disebabkan oleh Rio yang sedang membongkar sebuah kardus berisi barang-barangnya.

Zefa masih berdiri di depan kamar mandi, memperhatikan Rio yang tak menoleh sedikit pun ke arahnya dan sibuk sendiri. Zefa jadi menyesal menghabiskan banyak waktu untuk berpikir tadi padahal Rio sepertinya tidak tertarik melakukan yang aneh-aneh.

“Tau gitu tadi gue langsung ke luar aja.” Kesal sendiri, Zefa akhirnya menyibukkan diri memakai skincare malamnya. Sementara Rio terlihat masuk ke kamar mandi.

Ada lima belas menit dia di sana, tapi saat Rio sudah kembali dengan wajah yang lebih segar dan pakaian tidur polos berwarna dongker, kegiatan Zefa belum selesai juga. Wanita itu menerobos kamar mandi tepat setelah Rio keluar, mencuci wajah yang semula ia olesi masker lalu kembali sambil mengeringkan wajahnya dengan handuk.

“Apaan lagi itu?” Rio terheran-heran melihat Zefa kembali duduk di depan meja rias lalu sibuk mengoleskan sesuatu di wajahnya.

Skincare Ri, masa gak tau sih?”

“Kamu skincare-an dari aku mau mandi sampe sekarang belum selesai juga?”

“Tadi kan maskeran dulu.” Zefa lanjut ngoceh menjelaskan step-step skincare sementara Rio duduk anteng di atas tempat tidur sambil memaikan ponsel.

“Ribet banget jadi cewek,” komentar Rio.

Skincare nggak cuma buat cewek loh Ri.”

“Tapi aku males pake gituan.”

“Berati besok-besok harus aku ajarin,” kata Zefa santai. Selesai dengan rutinitas malamnya, Zefa melangkah menuju tempat tidur. Niatnya ingin segera membaringkan tubuh lelahnya di sana, tapi begitu melihat Rio yang sudah ada di sana lebih dulu, Zefa seakan tersadar kembali pada kenyataan bahwa saat ini dia sudah resmi jadi istri pria di depannya. Langkah Zefa otomatis terhenti.

“Ehm ... Ri?” panggilnya ragu-ragu.

“Ehm?” Rio balas berdehem sambil mendongkak menatapnya.

“Ini kamu ... maksudnya kita serius mau langsung tidur bareng?” Zefa memelankan suaranya saat mengatakan dua kata terakhir.

“Kenapa?”

“Ya nggak apa-apa sih, tapi ....” Zefa menggantungkan ucapannya sembari memainkan jemarinya.

Tapi biasanya kalau orang-orang dijodohin tuh gak akan langsung tidur bareng, biasanya pake kamar terpisah terus baru tinggal di kamar yang sama setelah hubungan mereka menjadi dekat. Zefa menjelaskan dalam hati skenario terbaik yang tadi dia pikirkan ketika melihat Rio membongkar kardus.

“Tapi?” Rio menurunkan ponsel dan menanti lanjutan ucapan Zefa.

“Ini pertama kali aku tidur seranjang sama cowok.” Senyum canggung tercetak di wajah Zefa.

“Memangnya kamu pikir ini bukan kali pertamanya juga aku tidur sama cewek?”

“Eh, emang bukan sih,” ralat Rio. Zefa refleks melotot. “Waktu kecil aku pernah tidur sama mamaku jadi berati ini yang kedua kalinya.”

Neapolitan: StrawberryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang