“Enak banget suaranya Masya Allah, nggak kalah sama ustaz Mulya.”
“Kira-kira Mas Jeriko udah punya calon belum ya?”
“Nggak tau, tapi masa orang seganteng Mas Jeriko belum punya calon sih?”
“Kan bisa aja gitu doi nggak mau pacaran, pengennya taaruf, terus ini lagi nyari cewek yang mau dia ajak taaruf.”
“Aduh, gue mau deh kalau kaya gitu.”
Segorombol anak remaja sibuk berceloteh usai pulang tarawih dari masjid. Padahal hari-hari sebelumnya mereka tidak terlihat hadir di barisan shaf perempuan, tapi sekarang mendadak rajin. Paling-paling mereka datang ke masjid hanya untuk meliat sang imam idola alias Jeriko yang beritanya sudah menyebar seantero perumahan AGV.
Zefa yang berjalan di belakang segerombolan anak remaja itu tidak bisa untuk tidak merotasikan matanya dan mencibir pelan. “Dasar anak-anak abg, centil banget ke mesjid cuma buat liatin cowok.”
Di sampingnya, Rio sontak menyeletuk, “Kamu juga bukannya gitu?”
“Apa? Aku nggak gitu!” Zefa meliriknya galak, Rio langsung memalingkan wajah pura-pura tidak peduli.
Pengaruh Jeriko setelah menjadi imam masjid memang tidak bisa diremehkan. Bahkan ketika puasa sudah memasuki minggu kedua dan ketiga, shaf masih penuh terisi. Padahal Jeriko tak melulu menjadi imam, dia hanya sesekali menggantikan ustaz Mulya jika beliau tidak hadir, tapi tetap saja kehadirannya berhasil membuat masjid selalu penuh.
“Tapi Ri, aku juga penasaran kira-kira orang kaya Mas Jeriko udah punya calon belum ya? Terus kalau udah punya, ceweknya kaya apa ya? Pasti cantik ala-ala ukhti gitu deh,” kata Zefa setelah segorombolan anak remaja tadi mengambil belokan yang berbeda dengannya. Kini di jalan itu hanya ada Rio dan Zefa dan dua orang ibu-ibu yang berada jauh di belakangnya. Legina dan Abian entah mampir kemana karena tadi Ara merengek mau jajan, sedangkan sang topik pembicaraan alias Jeriko, masih berada di masjid.
“Kepo banget kamu!” balas Rio.
“Aku cuma penasaran Rio, emangnya kamu nggak penasaran?”
“Nggak.”
“Dih, nggak asik!” Zefa manyun sepanjang jalan.
Begitu sampai rumah dia langsung rebahan di atas sofa. Mukenanya ia letakan begitu saja di atas meja yang segera diambil alih Rio untuk disimpan kembali ke tempatnya.
“Nanti mau sahur sama apa?” tanya Rio kembali ke ruang tengah dan duduk di sofa tunggal. Itu adalah pertanyaan rutin yang selalu Rio tanyakan setiap malam, karena sejak Zefa hamil dia hanya akan memasak apa yang diinginkan Zefa.
“Kayanya soto enak deh.”
“Kamu mau makan soto?” tanya Rio.
Zefa mengangguk. “Kayanya di kulkas bahan-bahannya juga lengkap.”
“Oke nanti aku bikinin.”
“Sama mau salad buah.”
“Apalagi?”
“Hehe udah itu aja.” Zefa nyengir sembari meluruskan kaki-kakinya.
“Besok Zeron ngajak bukber, kamu mau ikut nggak?”
“Mauuu!” Belum ada satu detik sejak Rio bertanya, Zefa sudah menjawabnya antusias.
“Nggak usah genit entar. Rendra sama istrinya juga dateng.”
“Iya yaampun Rio. Aku tuh nggak pernah genit ke cowok lain, tapi kadang emang suka susah ngontrol ekspresi kalau liat cowok ganteng.”
“Makanya pandangannya dijaga, cantik!”
KAMU SEDANG MEMBACA
Neapolitan: Strawberry
RomantikMelihat mantan menikah itu sudah biasa, tapi bagaimana jika kamu disuruh menikah dengan mantan? Tunggu testimoni dari Zefania untuk jawabannya. [Special collaboration] Romance | Marriage Life ✍ 02 Januari - 14 September 2022 ©Dkatriana